Dari Satu ke Belasan Ribu, Rupiah Makin Sampah?

Photo Author
- Minggu, 1 Oktober 2023 | 15:36 WIB
Ilustrasi gambar uang
Ilustrasi gambar uang

Hal ini disebabkan oleh adanya optimisme pasar terhadap terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai tokoh reformis dan progresif.

Baca Juga: Benarkah orang-orang Komunis itu selalu identik dengan anti-agama?

Selain itu, rupiah juga terbantu oleh adanya penurunan suku bunga AS, yang membuat dolar AS menjadi kurang menarik bagi investor.

Pada tahun 2020, rupiah mengalami pelemahan, dari 14.000 rupiah menjadi 16.000 rupiah per dolar AS.

Hal ini disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19, yang membuat pasar keuangan global menjadi panik, dan menghindari aset-aset berisiko, termasuk rupiah.

Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh adanya anjloknya harga minyak dunia, yang menyebabkan pendapatan devisa Indonesia berkurang drastis.

Pada tahun 2021, rupiah mengalami penguatan, dari 16.000 rupiah menjadi 14.500 rupiah per dolar AS.

Hal ini disebabkan oleh adanya pemulihan ekonomi global, yang didorong oleh penemuan vaksin Covid-19, dan meningkatnya permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia, seperti batubara, minyak sawit, dan nikel.

Selain itu, rupiah juga terbantu oleh adanya stimulus fiskal dan moneter yang dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia, untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

Pada tahun 2022, rupiah mengalami pelemahan, dari 14.500 rupiah menjadi 15.000 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya ketegangan politik dan keamanan di Indonesia, menjelang pemilihan umum legislatif dan presiden pada tahun 2024.

Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh adanya kenaikan inflasi di AS, yang membuat Bank Sentral AS menaikkan suku bunga, dan membuat dolar AS menjadi lebih menarik bagi investor.

Pada tahun 2023, rupiah mengalami pelemahan lagi, dari 15.000 rupiah menjadi 16.000 rupiah per dolar AS.

Hal ini disebabkan oleh adanya krisis energi global, yang disebabkan oleh kelangkaan pasokan minyak dan gas, dan meningkatnya permintaan dari negara-negara berkembang, seperti China dan India.

Krisis ini membuat harga minyak dunia melonjak, dan menyebabkan meningkatnya impor energi oleh Indonesia, dan mengganggu keseimbangan neraca perdagangan.

Baca Juga: Puji Ketahanan Ekonomi ASEAN, Ini Rekomendasi Investasi dari IMF dan Bank Dunia

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rasyiqi

Sumber: Berbagai Sumber, Bank Indonesia

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Linieritas Pembangun Insan Cendekia di Sekolah Dasar

Minggu, 26 November 2023 | 08:38 WIB

Gibran Membangkang, PDIP Meradang

Selasa, 31 Oktober 2023 | 07:04 WIB

Politik Makan Siang Ala Jokowi

Selasa, 31 Oktober 2023 | 06:16 WIB

Wartawan, Si Pemberi Suara yang Terluka

Kamis, 5 Oktober 2023 | 13:35 WIB

Dari Satu ke Belasan Ribu, Rupiah Makin Sampah?

Minggu, 1 Oktober 2023 | 15:36 WIB

Terpopuler

X