Pada tahun 2008, rupiah mengalami pelemahan, dari 9.000 rupiah menjadi 12.000 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya krisis keuangan global, yang dimulai dari AS, dan menyebar ke seluruh dunia, akibat runtuhnya pasar perumahan dan perbankan di AS.
Krisis ini membuat investor asing menarik modalnya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menukarnya dengan dolar AS, yang dianggap sebagai aset aman.
Pada tahun 2009, rupiah mengalami penguatan, dari 12.000 rupiah menjadi 10.000 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya stimulus fiskal dan moneter yang dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia, untuk mengatasi dampak krisis keuangan global.
Selain itu, rupiah juga terbantu oleh adanya kemenangan telak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan umum presiden, yang membuat pasar percaya terhadap stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Ideologi yang Bertahan dari Ujian Sejarah
Pada tahun 2010, rupiah mengalami penguatan lagi, dari 10.000 rupiah menjadi 9.000 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, sekitar 6,2% pada tahun 2010, yang didorong oleh meningkatnya konsumsi domestik dan ekspor.
Selain itu, rupiah juga terbantu oleh adanya surplus neraca perdagangan Indonesia, yang mencapai 26,7 miliar dolar AS pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, rupiah mengalami pelemahan, dari 9.000 rupiah menjadi 9.500 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya krisis utang Eropa, yang membuat pasar keuangan global menjadi gelisah, dan menghindari aset-aset berisiko, termasuk rupiah.
Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh adanya kenaikan harga minyak dunia, yang menyebabkan meningkatnya impor energi oleh Indonesia, dan mengganggu keseimbangan neraca perdagangan.
Pada tahun 2012, rupiah mengalami pelemahan lagi, dari 9.500 rupiah menjadi 10.000 rupiah per dolar AS.
Hal ini disebabkan oleh adanya perlambatan ekonomi global, yang menyebabkan menurunnya permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia, seperti batubara, minyak sawit, dan karet.
Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh adanya ketidakpastian politik dan keamanan di Indonesia, menjelang pemilihan umum legislatif dan presiden pada tahun 2014.
Pada tahun 2013, rupiah mengalami pelemahan terbesar di era reformasi, dari 10.000 rupiah menjadi 13.000 rupiah per dolar AS.
Hal ini disebabkan oleh adanya tapering off, yaitu pengurangan stimulus moneter oleh Bank Sentral AS, yang membuat investor asing menarik modalnya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menukarnya dengan dolar AS.
Rupiah juga terpengaruh oleh adanya tapering off, yaitu pengurangan stimulus moneter oleh Bank Sentral AS, yang membuat investor asing menarik modalnya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menukarnya dengan dolar AS.
Artikel Selanjutnya
Sebelum Meninggal, Korban Disuruh Telepon Keluarganya Kirim Uang Rp 50 Juta
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Berbagai Sumber, Bank Indonesia
Artikel Terkait
Sebelum Meninggal, Korban Disuruh Telepon Keluarganya Kirim Uang Rp 50 Juta
Ponorogo, Masuk Daftar Daerah Rawan Politik Uang di Pemilu 2024, Ini Alasannya
Siasat Rafael Alun Tutupi Gratifikasi Rp 16,6 Miliar, Cuci Uang Pakai Nama Istri, Anak, dan Ibu
Video Pengemis di Kota Bogor Simpan Uang Rp 50 Juta di Celana, Viral di Medsos
Xiaomi dan Redmi: Dua Sisi Mata Uang yang Berbeda
Waspada Uang Mutilasi, BI: Cek Nomor Seri dan Desain Uang Rupiah
Dari Hakim Agung hingga Napi Seumur Hidup: Jejak-Jejak Akil Mochtar sebagai Pelaku Korupsi dan Pencucian Uang
Rahasia Terbongkar! Menghasilkan Uang Kilat di Telegram: 8 Strategi Hebat Menggebrak Dompet Anda
Video Viral Zulhas Ketua Umum PAN Bagi-bagi Uang Jadi Sorotan KPK
Sule Terseret Kasus Dugaan Promosi Judi Online, Ngaku Dapat Uang Sedikit dan Tanpa Kontrak