PITUTUR.id - Rupiah, mata uang resmi Republik Indonesia, memiliki sejarah yang panjang dan penuh liku. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah mengalami pasang surut yang luar biasa.
Dari satu rupiah per dolar AS di era Soekarno, hingga belasan ribu rupiah per dolar AS di era Jokowi, rupiah telah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting yang membentuk bangsa Indonesia.
Era Soekarno: Rupiah Moncer
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, rupiah memiliki nilai tukar yang sangat tinggi. Pada tahun 1946, saat rupiah pertama kali diperkenalkan sebagai mata uang nasional, nilai tukarnya adalah satu rupiah per dolar AS.
Ini berarti, dengan uang seribu rupiah, kita bisa membeli seribu dolar AS, atau setara dengan 14 juta rupiah saat ini.
Nilai tukar rupiah yang moncer ini sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang belum terbuka dan belum mengenal sistem pasar bebas.
Selain itu, rupiah juga didukung oleh cadangan emas yang cukup besar, sekitar 1.200 ton, yang disimpan di Bank Indonesia.
Namun, keadaan ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1950, rupiah mengalami devaluasi pertama, dari satu rupiah menjadi 3,8 rupiah per dolar AS.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk membiayai perang kemerdekaan melawan Belanda, serta inflasi yang tinggi akibat beredarnya berbagai jenis mata uang di Indonesia, seperti uang Jepang, uang Hindia Belanda, dan uang Republik Indonesia.
Pada tahun 1959, rupiah kembali mengalami devaluasi, dari 3,8 rupiah menjadi 45 rupiah per dolar AS.
Baca Juga: Rahasia Mengerikan TikTok: Ancaman Tersembunyi yang Harus Anda Ketahui!
Hal ini terkait dengan kebijakan Presiden Soekarno yang menolak bantuan ekonomi dari negara-negara Barat, dan lebih memilih untuk mendekatkan diri dengan negara-negara Blok Timur, seperti Uni Soviet dan China.
Akibatnya, Indonesia kehilangan sumber devisa, dan mengalami defisit neraca pembayaran yang besar.
Pada tahun 1963, rupiah mengalami devaluasi lagi, dari 45 rupiah menjadi 415 rupiah per dolar AS.
Hal ini dipicu oleh ambisi Presiden Soekarno untuk membangun proyek-proyek besar, seperti Monumen Nasional, Gelora Bung Karno, dan Hotel Indonesia, yang membutuhkan banyak dana.
Artikel Terkait
Sebelum Meninggal, Korban Disuruh Telepon Keluarganya Kirim Uang Rp 50 Juta
Ponorogo, Masuk Daftar Daerah Rawan Politik Uang di Pemilu 2024, Ini Alasannya
Siasat Rafael Alun Tutupi Gratifikasi Rp 16,6 Miliar, Cuci Uang Pakai Nama Istri, Anak, dan Ibu
Video Pengemis di Kota Bogor Simpan Uang Rp 50 Juta di Celana, Viral di Medsos
Xiaomi dan Redmi: Dua Sisi Mata Uang yang Berbeda
Waspada Uang Mutilasi, BI: Cek Nomor Seri dan Desain Uang Rupiah
Dari Hakim Agung hingga Napi Seumur Hidup: Jejak-Jejak Akil Mochtar sebagai Pelaku Korupsi dan Pencucian Uang
Rahasia Terbongkar! Menghasilkan Uang Kilat di Telegram: 8 Strategi Hebat Menggebrak Dompet Anda
Video Viral Zulhas Ketua Umum PAN Bagi-bagi Uang Jadi Sorotan KPK
Sule Terseret Kasus Dugaan Promosi Judi Online, Ngaku Dapat Uang Sedikit dan Tanpa Kontrak