Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah mencetak rupiah secara berlebihan, sehingga menyebabkan inflasi yang sangat tinggi, mencapai 500% per tahun.
Pada tahun 1965, rupiah mengalami devaluasi terakhir di era Soekarno, dari 415 rupiah menjadi 1.000 rupiah per dolar AS. Hal ini terjadi setelah terjadinya peristiwa G30S, yang menimbulkan krisis politik dan keamanan di Indonesia.
Pada saat itu, rupiah sudah tidak memiliki daya beli yang layak, dan banyak orang yang beralih ke mata uang asing, seperti dolar AS, poundsterling, dan yen.
Era Soeharto: Rupiah Bergolak
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami banyak gejolak. Pada tahun 1966, saat Soeharto mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, rupiah mengalami redenominasi, dari 1.000 rupiah menjadi satu rupiah per dolar AS.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi hiperinflasi yang terjadi di era sebelumnya, dan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang nasional.
Pada tahun 1971, rupiah mengalami devaluasi, dari satu rupiah menjadi 378 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh melemahnya nilai dolar AS terhadap emas, setelah Presiden AS Richard Nixon menghapuskan sistem Bretton Woods, yang mengaitkan nilai dolar AS dengan emas.
Akibatnya, banyak negara yang mengikuti langkah AS, dan melepas nilai mata uangnya dari dolar AS, termasuk Indonesia.
Pada tahun 1978, rupiah mengalami devaluasi lagi, dari 378 rupiah menjadi 625 rupiah per dolar AS. Hal ini terkait dengan meningkatnya impor barang-barang konsumsi, seperti beras, gula, dan minyak, yang membebani neraca perdagangan Indonesia. Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh krisis minyak dunia pada tahun 1973 dan 1979, yang menyebabkan harga minyak melonjak, dan mengurangi pendapatan devisa Indonesia.
Baca Juga: TikTok: Aplikasi yang Membuat Anda Ketagihan dan Ketakutan
Pada tahun 1983, rupiah mengalami devaluasi lagi, dari 625 rupiah menjadi 970 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh menurunnya harga komoditas ekspor Indonesia, seperti karet, kopi, dan timah, akibat resesi ekonomi global. Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh kenaikan suku bunga AS, yang membuat dolar AS menjadi lebih menarik bagi investor.
Pada tahun 1986, rupiah mengalami devaluasi lagi, dari 970 rupiah menjadi 1.664 rupiah per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh anjloknya harga minyak dunia, yang menyebabkan pendapatan devisa Indonesia berkurang drastis.
Selain itu, rupiah juga terpengaruh oleh krisis utang Amerika Latin, yang membuat investor asing mengurangi investasinya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada tahun 1997, rupiah mengalami devaluasi terbesar dan terakhir di era Soeharto, dari 1.664 rupiah menjadi 16.800 rupiah per dolar AS.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya krisis moneter Asia, yang dimulai dari Thailand, dan menyebar ke negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia.
Krisis ini dipicu oleh spekulasi mata uang, yang membuat investor asing menarik modalnya dari negara-negara Asia, dan menukarnya dengan dolar AS.
Artikel Terkait
Sebelum Meninggal, Korban Disuruh Telepon Keluarganya Kirim Uang Rp 50 Juta
Ponorogo, Masuk Daftar Daerah Rawan Politik Uang di Pemilu 2024, Ini Alasannya
Siasat Rafael Alun Tutupi Gratifikasi Rp 16,6 Miliar, Cuci Uang Pakai Nama Istri, Anak, dan Ibu
Video Pengemis di Kota Bogor Simpan Uang Rp 50 Juta di Celana, Viral di Medsos
Xiaomi dan Redmi: Dua Sisi Mata Uang yang Berbeda
Waspada Uang Mutilasi, BI: Cek Nomor Seri dan Desain Uang Rupiah
Dari Hakim Agung hingga Napi Seumur Hidup: Jejak-Jejak Akil Mochtar sebagai Pelaku Korupsi dan Pencucian Uang
Rahasia Terbongkar! Menghasilkan Uang Kilat di Telegram: 8 Strategi Hebat Menggebrak Dompet Anda
Video Viral Zulhas Ketua Umum PAN Bagi-bagi Uang Jadi Sorotan KPK
Sule Terseret Kasus Dugaan Promosi Judi Online, Ngaku Dapat Uang Sedikit dan Tanpa Kontrak