Tragedi Kematian RAYA, Potret Kesehatan Anak Bangsa

Photo Author
- Senin, 22 September 2025 | 10:33 WIB
Ilustrasi Kesedihan Kematian Adik RAYA
Ilustrasi Kesedihan Kematian Adik RAYA

Di tengah ramai  berita fantastisnya tunjangan DPR, Demonstrasi di berbagai wilayah, serta lesunya ekonomi masyarakat, ada targedi pilu yang jadi sorotan. Tragedi kematian anak bangsa bernama RAYA, RAYA seorang balita berusia empat tahun, yang nyawanya melayang bukan semata karena penyakit, melainkan karena kegagalan sistem tatakelola yang membayangi negeri ini tepat .

Kematian RAYA bukan sekadar tragedi individual, melainkan cermin dari kegagalan negara dalam menjamin hak dasar warganya. RAYA meninggal karena infeksi cacing dan tuberkulosis (TB), penyakit yang seharusnya bisa dicegah dan diobati. Namun, di balik diagnosa medis tersebut, terselip cerita tentang rumit dan elitisnya birokrasi, rapuhnya sistem kesehatan, dan matinya empati sosial yang semakin menggerus rasa kemanusiaan di negeri kita.

Tragedi ini mengingatkan kita pada judul buku "Orang Miskin Dilarang Sakit" aktivis NGO Eko Prasetyo. Buku ini seolah menjadi cetak biru yang menggambarkan betapa sulitnya masyarakat miskin dan termarjinalkan untuk mengakses jaminan kesehatan. Di negara yang konstitusinya menjamin hak fakir miskin dan anak terlantar untuk dipelihara, kenyataan di lapangan berkata lain. Kesehatan masih seringkali menjadi komoditas mahal yang hanya bisa dibeli oleh mereka yang mampu.

Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 34 mengamanatkan bahwa negara harus menjamin penghidupan yang layak bagi rakyatnya. Namun, di tengah gemerlap perayaan kemerdekaan, masih banyak rakyat miskin yang hidup tanpa jaminan kesehatan dan penghidupan yang layak. Tragedi yang menimpa RAYA mungkin hanya satu dari ribuan, bahkan jutaan yang mengalami nasib serupa.

Kematian RAYA adalah sebuah alarm, pengingat yang menyakitkan bagi kita semua. Ini adalah panggilan untuk berefleksi, untuk mempertanyakan makna sejati dari kemerdekaan. Kemerdekaan bukan sekadar upacara bendera dan perayaan meriah, melainkan komitmen seutuhnya dari birokrasi dan para pemangku kebijakan untuk berpihak kepada rakyat. Tragedi ini menjadi pelajaran berharga bahwa birokrasi harus disederhanakan, sistem kesehatan harus diperkuat, dan empati sosial harus dihidupkan kembali.

Semoga kemerdekaan yang kita rayakan tidak hanya merayakan usia, tetapi juga memastikan bahwa tidak ada lagi RAYA-RAYA lain yang menjadi korban.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Syaiful Rizal

Rekomendasi

Terkini

Tragedi Kematian RAYA, Potret Kesehatan Anak Bangsa

Senin, 22 September 2025 | 10:33 WIB

BKPSDM Sumenep Fasilitasi PPPK dengan Jaminan Hari Tua

Sabtu, 6 September 2025 | 12:49 WIB

Terpopuler

X