Ancaman Gempa dan Tsunami Selatan Jawa yang Tak Bisa Diprediksi Sudah 7 kali Sejak 1699

Photo Author
- Selasa, 3 Oktober 2023 | 09:35 WIB
Ilustrasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (Getty Images/Ig0rZh)
Ilustrasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (Getty Images/Ig0rZh)

 

PITUTUR.id - Laut Jawa Selatan merupakan salah satu wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami.

Sejarah mencatat, bencana alam ini pernah terjadi beberapa kali di sana, seperti pada tahun 1699, 1797, 1833, 1861, 1977, 1994, dan 2006.

Gempa dan tsunami ini disebabkan oleh tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di dasar laut Samudera Hindia, yang disebut sebagai zona megathrust.

Zona megathrust ini memiliki potensi untuk menghasilkan gempa bumi berkekuatan besar, hingga magnitudo 8,9.

Baca Juga: BMKG: Waspada Gempa dan Tsunami di Selatan Jawa, Siapkan Jalur Evakuasi

Gempa bumi semacam ini bisa memicu gelombang tsunami yang tingginya bisa mencapai puluhan meter.

Misalnya, pada tahun 1797, gempa bumi berkekuatan 8,4 mengakibatkan tsunami setinggi 25 meter di pesisir selatan Jawa Barat dan Sumatera.

Pada tahun 2006, gempa bumi berkekuatan 7,7 menyebabkan tsunami setinggi 6 meter di Pangandaran, Jawa Barat, yang menewaskan lebih dari 600 orang.

Namun, meskipun ancaman gempa dan tsunami di Laut Jawa Selatan sudah diketahui sejak lama, masih sulit untuk memprediksi kapan bencana itu akan terjadi lagi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa bumi dan tsunami adalah dua fenomena alam yang sulit diprediksi secara akurat.

Baca Juga: Potensi Gempa Bumi dan Tsunami di Laut Jawa Selatan: Mitos, Fakta, dan Solusi

Saat ini, BMKG tengah melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan tingkat akurasi prediksi gempa bumi hingga mencapai 90%.

Untuk itu, Dwikorita menekankan urgensi persiapan terhadap gempa bumi dan tsunami.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Isal Arham

Sumber: BMKG, Cnbcindonesia, msn.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X