Kereta Cepat Jakarta Bandung: Mengapa Pemerintah Memilih Tawaran China dan Menolak Proposal Jepang?

Photo Author
- Kamis, 5 Oktober 2023 | 09:23 WIB
Presiden Joko Widodo saat menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Instagram/Jokowi)
Presiden Joko Widodo saat menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Instagram/Jokowi)

PITUTUR.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi meluncurkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur pada Senin, 2 Oktober 2023, pagi hari.

Pembangunan KCJB pertama kali dimulai pada tahun 2016. Kereta ini memiliki lintasan sepanjang 142 kilometer yang menghubungkan Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, hingga Stasiun Tegalluar yang terletak di Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Sebelum proyek ini dimulai, perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sempat berada di antara persaingan Jepang dan China yang berlomba-lomba untuk menggarap proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini.

Baca Juga: Harga Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bervariasi Sesuai Rute dan Kelas

Ketika melihat ke belakang, tepatnya pada tahun 2014-2015, proyek ini awalnya merupakan gagasan Jepang pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bahkan melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), Jepang telah mendanai studi kelayakan dengan mengeluarkan modal sebesar USD3,5 juta, meskipun pada saat itu pemerintah Indonesia belum membuat keputusan resmi.

Namun, ketika pemerintahan berpindah ke era Jokowi, setelah pertimbangan yang matang, pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk membangun kereta cepat dengan rute Jakarta-Bandung.

Pemerintah Indonesia kemudian membuka proses lelang bagi negara-negara yang tertarik dengan proyek ini.

Baca Juga: Simak, Stasiun Pemberhentian Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Menawarkan Kemudahan Akses dan Keindahan Alam

China mengekspresikan minatnya untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam menggarap proyek kereta cepat ini.

Jepang pun terus berusaha mempengaruhi keputusan Indonesia dengan mengajukan proposal kedua, menawarkan investasi sebesar USD6,2 miliar atau Rp87 triliun.

Mereka bersedia meminjamkan 75 persen dari biaya proyek dengan jangka waktu 40 tahun dan bunga 0,1 persen per tahun serta masa tenggang 10 tahun, meskipun sebelumnya menawarkan bunga sebesar 0,5 persen.

Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta Bandung Diberi Nama 'Whoosh, Akan Bawa Kamu ke Bandung dalam Sekejap

Namun, tawaran China menarik perhatian pemerintah Indonesia karena biaya pembangunan kereta cepat yang mereka tawarkan jauh lebih rendah. Pemerintah Indonesia pada akhirnya memilih tawaran China.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Prasetyo Aditya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X