kolom

Film Pendek Guru Tugas: Bukti Kuat Bahwa Pencitraan Itu Lebih Penting daripada Korban yang Tersakiti

Selasa, 7 Mei 2024 | 08:27 WIB
Ilustrasi salah satu adegan film pendek serial Guru Tugas di mana Aini yang merupakan korban, diseret langsung oleh Supri (Tangkapan Layar Youtube/Akeloy Production)

PITUTUR.id - Setelah membaca banyak ulasan tentang film pendek serial Madura karya Akeloy Production ini, saya jadi bertanya-tanya.
 
Kenapa film ini dinilai melecehkan beberapa pihak? Mulai dari pesantren, guru tugas, kyai, sampai masyarakat Madura sendiri.
 
Akhirnya, saya mencoba menonton langsung film Guru Tugas yang dimaksud di Youtube.
 
Baca Juga: Mengenal Aini Barera, Pemeran Santriwati Madura Lugu yang Jadi Incaran Ustadz Supri di Film Pendek Guru Tugas, Ternyata Masih Umur Segini Lho 
 
Saat menonton, saya mencoba menerka-nerka. Filmnya dibuat cukup baik.
 
Bahkan jalan ceritanya bisa dibilang masih klise, belum ada sesuatu yang benar-benar terasa baru.
 
Hal yang terasa asing bagi saya sendiri, mungkin adalah istilah dari kata 'guru tugas' itu sendiri.
 
Baca Juga: Aini Barera, Tiktokers Madura Cantik yang Semakin Jadi Sorotan setelah Ikut Main Film Pendek Guru Tugas
 
Sampai akhirnya saya agak paham setelah membaca beberapa komentar.
 
Guru tugas sendiri berarti santri yang ditugaskan untuk mengabdi dan bertugas mengajar di wilayah tertentu.
 
Mereka akan diutus langsung oleh kyai mereka, sebagai perwakilan dari pondok pesantren masing-masing.
 
Baca Juga: Berbagai Adegan Kontroversial Episode 2 Film Pendek Guru Tugas, Dari Pemilihan Kata Sampai Adegan Disebut-Sebut Lecehkan Kiai dan Pesantren!
 
Lantas, apa yang membuat masyarakat geram? Seorang guru tugas yang melecehkan santriwatinya?
 
Bukankah itu hal yang sudah sering kita dengar dari berita? 
 
Bahkan beberapa saat lalu, berita tentang pelecehan para santri terdengar tidak mengagetkan lagi.
 
Baca Juga: Krisis Kader Jumantik di Bangkalan Picu Peningkatan Kasus Demam Berdarah, Kasus DBD Naik Nyaris 100 Persen Sejak Januari 2024
 
Kebanyakan dari mereka mempermasalahkan adegan-adegan tak senonoh yang ada dalam film.
 
Apalagi, diceritakan bahwa tokoh Supri yang menjadi guru tugaslah yang cab*l.
 
Padahal, adegan-adegan dalam film tidak menunjukkan sesuatu yang sampai bisa membuat mata melotot.
 
Baca Juga: Kasus DBD di Bangkalan hingga Mei 2024 Alami Lonjakan Dibanding Tahun Lalu, Angkanya Nyaris Dua Kali Lipat, Ini Penyebabnya
 
Adegan yang disorot pun bukan sesuatu yang wah. Bila ditelaah lebih dalam, itu adalah adegan pemaksaan.
 
Maksudnya, yang dipermasalahkan kebanyakan orang adalah adegan saat Aini mengerok punggung Supri yang mengaku sedang tak enak badan.
 
Bila diteliti lebih lanjut, Aini bukan santriwati yang dengan berani berinisiatif langsung untuk mengerok punggung ustadznya itu.
 
Baca Juga: Masuk Musim Peralihan Kasus DBD di Bangkalan Mulai Menurun, Warga Diminta Tetap Waspada
 
Ia dipaksa. Sekali lagi, Aini adalah seorang gadis lugu yang masih duduk di bangku sekolah.
 
Bayangkan bila kamu ada di posisinya. Menentang perintah guru sendiri rasanya akan sulit.
 
Bahkan saat Aini melawan karena Supri sudah keterlaluan, ia masih tetap kalah. Supri jauh lebih 'berkuasa'.
 
Baca Juga: Wisata Outdoor Water Slide Pertama di Indonesia Ada di Pasuruan, Intip Keseruan Wisata Baru Ini
 
Setelah kejadian itu, sangat wajar bila akan menimbulkan trauma mendalam.
 
Jelas, hubungan di luar nikah masih menjadi aib bagi sebagian besar orang, apalagi di kalangan santri dan pondok pesantren.
 
Tapi justru karena itulah, isu ini harus diangkat dan dibuat reka adegannya sejelas mungkin.
 
Baca Juga: Episode 2 Telah Rilis, Film Pendek Guru Tugas Masih Diharapkan Netizen Agar Segera Dihapus: Lebih Mengarah ke 18+ Semua
 
Bahkan Akeloy Production sendiri sudah menuliskan bahwa film tersebut mengambil alur kisah nyata yang banyak terjadi di Madura.
 
Saya semakin heran, kenapa tanggapan akan film pendek serial tersebut justru banjir dengan komentar negatif.
 
Bahkan, kebanyakan lebih khawatir dengan nama baik pondok pesantren, guru tugas, atau apalah itu.
 
Baca Juga: DBD di Bangkalan Tembus 129 Kasus hingga Mei 2024, Kenali Gejala dan Penanganannya Pada Anak Sebelum Terlambat
 
Banyak orang berbondong-bondong mengatakan bahwa ia salah satu alumni dan tak pernah mengalami hal serupa.
 
Atau mengaku, pernah bertugas sebagai guru tugas, namun ia tak pernah begitu.
 
Tapi, bukan itu masalahnya. Kenapa justru merasa waswas kalau citra pondok pesantren jadi tercoreng? 
 
Baca Juga: Wabah DBD di Bangkalan Mengkhawatirkan, Angka Kasus Capai 129 di Awal Mei 2024, Dinkes: Masyarakat Masih Anggap Remeh
 
Padahal dalam film, tidak disebutkan secara lengkap pondok pesantren yang 'dituduh' sebagai latar asli.
 
Hal ini bisa diibaratkan seperti ayam. Kita semua tahu ayam adalah hewan yang jinak.
 
Tapi, bukan tidak mungkin kalau suatu saat kita akan dipatuk ayam, kan?
 
Baca Juga: Alih-Alih Dapat Pujian Karena Inspiratif, Film Pendek 'Guru Tugas' Malah Penuh Cibiran Penontonnya, Ternyata Ini Alasannya
 
Sebagian orang mungkin jadi takut dan tidak mau dekat-dekat dengan ayam lagi.
 
Sementara yang lainnya, patukan ayam tersebut tidak akan terlalu berpengaruh apa-apa pada mereka.
 
Saya justru merasa, dengan banyaknya komentar negatif yang menyudutkan Akeloy Production agar menghapus film tersebut berarti hilangnya rasa empati masyarakat.
 
Baca Juga: Ternyata Wisata Bedugul Bali Ada Di Pasuruan! Yuk Bagi yang Belum, Wajib Hukumnya Untuk Dikunjungi
 
Daripada membela korban yang tersakiti akibat pengalaman traumatis, mereka justru membela madrasah yang sudah kadung dianggap suci itu.
 
Kasus pelecehan sendiri merupakan kasus yang selalu menghebohkan, tapi langsung berlalu begitu saja.
 
Masih banyak sekali korban yang malah ditanya "Apa yang kamu pakai saat itu?", sangat miris.
 
Baca Juga: Jelajahi Keindahan Pasuruan, Ini 5 Rekomendasi Wisata yang Wajib Kamu Kunjungi di Kota Santri, Dijamin Dapat Pengalaman Berkesan
 
Padahal kasus pelecehan bisa terjadi pada siapa saja, tak hanya pada perempuan dan pakaian terbuka. Ingat kasus Gilang Bungkus itu?
 
Seakan tak ada yang benar-benar mengkhawatirkan keadaan para korban pelecehan. 
 
Semua hanya penasaran bagaimana hal itu bisa terjadi, lalu menghakimi korban habis-habisan secara keji.
 
Baca Juga: Pengunjung KBS Mengeluh, Fasilitas Aquanoctudio Dinilai Tidak Sesuai Ekspetasi karena Hal Ini...
 
Faktanya, seperti kata Mahfud Md, orang baik tidak akan hidup tersandera.
 
Berarti, kalau ternyata terbukti tak melakukan apa-apa ya tenang saja. Kenapa harus mati-matian speak up?
 
Bukannya justru jadi lebih mencurigakan karena terus-terusan menyangkal? Padahal jelas-jelas ada korban.
 
Baca Juga: KBS: Kebun Binatang Surabaya atau Komersialisasi Binatang Surabaya? Tak Cukup dengan Tiket Masuk, Masih Harus Bayar Ini Itu 
 
Film ini justru membantu kita memahami bagaimana kasus pelecehan bisa terjadi, apa penyebabnya, apa yang sebenarnya dihadapi korban, dan bagaimana kehidupan korban setelahnya.
 
Dunia ini bukan lagi hitam atau putih, semua memiliki sisi gelap maupun terangnya masing-masing.
 
Lihat saja, bahkan Supri yang dianggap sebagai guru tugas kalem dan sopan, nyatanya malah jadi pelaku pelecehan.
 
Baca Juga: Ternyata Begini Cara Abang Nathan Si Pedofil Memanipulasi agar Korban Terpaksa Harus Menuruti Keinginannya, Netizen: Alay Banget
 
Terlalu meninggikan sesuatu justru akan membuat kita buta dan berpikiran sempit, bahkan jadi nyaris tak punya hati.
 
Akeloy Production bahkan sudah berpesan, tonton dulu sampai tamat agar tak salah paham.
 
Kadang kita terlalu cepat menghakimi sesuatu tanpa mencari tahu lebih dulu.***

Tags

Terkini

Linieritas Pembangun Insan Cendekia di Sekolah Dasar

Minggu, 26 November 2023 | 08:38 WIB

Gibran Membangkang, PDIP Meradang

Selasa, 31 Oktober 2023 | 07:04 WIB

Politik Makan Siang Ala Jokowi

Selasa, 31 Oktober 2023 | 06:16 WIB

Wartawan, Si Pemberi Suara yang Terluka

Kamis, 5 Oktober 2023 | 13:35 WIB

Dari Satu ke Belasan Ribu, Rupiah Makin Sampah?

Minggu, 1 Oktober 2023 | 15:36 WIB