KBS: Kebun Binatang Surabaya atau Komersialisasi Binatang Surabaya? Tak Cukup dengan Tiket Masuk, Masih Harus Bayar Ini Itu 

Photo Author
- Minggu, 5 Mei 2024 | 11:13 WIB
Ilustrasi salah satu satwa di Kebun Binatang Surabaya yang jadi korban komersialisasi, kepanasan di kandangnya sendiri (Tangkapan Layar Google Maps/beni feter)
Ilustrasi salah satu satwa di Kebun Binatang Surabaya yang jadi korban komersialisasi, kepanasan di kandangnya sendiri (Tangkapan Layar Google Maps/beni feter)

PITUTUR.id - Salah satu destinasi wisata yang terkenal di Surabaya adalah Kebun Binatang Surabaya.
 
Kebun Binatang Surabaya menjadi andalan bagi banyak wisatawan karena tiket masuknya yang murah.
 
Namun, untuk bisa menikmati semua fasilitas Kebun Binatang Surabaya, tak cukup hanya dengan membeli tiket masuk.
 
 
Kebun Binatang Surabaya atau biasa disebut KBS sudah berdiri sejak tahun 1916, namun mulai dibuka untuk umum pada tahun 1920.
 
Meski jadi destinasi wisata populer di Surabaya, KBS masih jauh dari kata memuaskan.
 
Masih banyak keluhan yang dirasakan para wisatawan saat berkunjung ke sana.
 
 
Kelebihan yang paling menonjol dari KBS adalah sebagai kawasan konservasi sekaligus rekreasi dan edukasi dengan harga tiket masuk yang murah.
 
Cukup dengan harga tiket masuk sebesar Rp 15.000, para wisatawan bisa langsung masuk ke dalam area KBS.
 
Sayangnya, tak semua area bisa langsung dimasuki begitu saja.
 
 
Misalnya Aquanoctudio, akuarium sebagai tempat tinggal satwa pisces di Kebun Binatang Surabaya.
 
Wisatawan baru diperbolehkan masuk setelah membayar dua kali lipat harga tiket masuk di awal.
 
Saat masuk, mungkin kamu akan merasa sedikit ditipu karena areanya yang hanya secuil bila dibandingkan area satwa lainnya.
 
 
Rp 30.000 dirasa kemahalan hanya demi melihat akuarium yang dijejer, sementara kaca juga buram.
 
Keterangan di papan dan ikan di dalam akuarium juga sering tidak sinkron.
 
Hanya ada koleksi satwa pisces yang tergolong kecil di dalamnya. Pemandangannya tampak seperti toko ikan di supermarket, atau toko yang menjual beragam ikan hias.
 
 
Tak hanya itu, kawasan dan fasilitas lain juga tak luput dari komersialisasi.
 
Misalnya saja saat naik perahu, kamu harus membayar Rp 10.000.
 
Atau, jika ingin menonton animal show, kamu perlu mengeluarkan biaya lagi sebesar Rp 25.000.
 
 
Tertarik untuk mendapatkan pengalaman naik unta atau gajah? Kamu diharuskan mengeluarkan biaya Rp 35.000 per orang.
 
Salah satu wisatawan mengadu, "Pengurus kebun binatangnya juga parah, melakukan eksploitasi binatang seperti unta, gajah dll."
 
"Misal unta dinaikan anak 2 lalu memutar diarea unta dan membayar 35k per anak, apa bedanya dengan topeng monyet.. eksploitasi juga kan?" lanjutnya.
 
 
Di sepanjang jalan mungkin kamu bisa menikmati suasana yang cukup rindang, berbeda dengan satwa yang harus kepanasan dipajang di areanya.
 
Banyaknya pepohonan dan tanaman di sepanjang jalan, tak akan membuatmu kepanasan walau berwisata di siang hari.
 
Sayangnya, tak jarang wisatawan akan menemukan bau-bau tak sedap.
 
 
Beberapa kandang terlihat kosong, sementara kandang lainnya terlihat menyesakkan.
 
Air yang keruh, serta satwa yang tampak kurus dan kurang sehat, sedang melamun di balik kandang.
 
Kesehatan mereka tampaknya perlu dipertanyakan, apa benar sudah dirawat dengan baik?
 
 
Wisatawan dilarang untuk memberi makan satwa, karena petugas telah menyediakannya.
 
Maksudnya, kamu harus membeli dulu makanan untuk satwa yang sudah disediakan oleh petugas.
 
Benar, lagi-lagi kamu harus mengeluarkan uang. Rp 25.000 untuk setoples kecil berisi sayuran.
 
 
"Bintang 1 untuk harga sayur (cuman wortel sama kcang panjang doank dikit)untuk kasih makan rusa," protes Rayhan Zhafran dalam ulasannya.
 
Ia kemudian melanjutkan protesnya, "Sangat2 aneh...jangan komersil banget gtu lah bos ngerusak suasana."
 
Ia juga mengatakan bahwa orang utan di sana tampak memelas sampai minta diberi makan para wisatawan, seakan mereka kekurangan makanan.
 
 
Harga kulinernya juga dinilai tak masuk akal. Rp 10.000 hanya untuk segelas es teh.
 
"Makan dan minuman serba mahal, beli sosis bakar di salah satu tenant dikasih dua biji bilangnya sih seporsi, dengan harga 40k," tulis Hafiz Zidnin Alfarizi dalam ulasannya tentang KBS.
 
Miftah Furaidah, salah satu pengunjung juga berkomentar, "Harga makanan minuman sangat mahal di area dalam, bahkan bisa dibilang 2-3x lipat harga pasaran."
 
 
Bahkan area bermain yang hanya berisikan jungkat-jungkit dan perosotan saja, diharuskan membayar Rp 15.000.
 
Masuk ke dalam toilet pun, kamu juga masih perlu mengeluarkan uang Rp 2.000 pada penjaga.
 
Meski kamu hanya mengantar anak ke toilet sekali pun, kamu harus tetap membayar double. Kalau tidak, petugas akan sinis terhadapmu.
 
 
Padahal KBS adalah tempat wisata. Masa' satwa yang harus ramah menyapa wisatawan?
 
Belum lagi para pedagang mainan dan tukang foto.
 
Caranya dalam menjual, dinilai beberapa wisatawan cukup mengganggu.
 
 
Jika kamu merasa cukup puas untuk sekadar jalan-jalan berkeliling KBS, kamu memang akan mendapat kesan wisata murah.
 
Beda lagi bila kamu ingin berwisata secara totalitas di sana, kamu mungkin perlu merelakan biaya yang tak sedikit.
 
Itu pun kalau kamu tidak terjebak dengan adanya parkir liar yang bisa mematok harga parkir hingga Rp 40.000.
 
 
Niat liburan hemat, kamu malah akan semakin merasa diberatkan dengan parkir liar. Harganya sangat di luar prediksi. 
 
KBS masih dinilai sebagai destinasi wisata yang sangat komersial, sangat bertentangan dengan citranya sebagai destinasi wisata murah.
 
Bila tak ada perbaikan dan penyesuaian ke depannya, KBS bisa jadi hanya tinggal nama dan kenangan.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ahmad Bastoni

Sumber: Google Maps, Pitutur.id, KBS Kebun Binatang Surabaya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X