PITUTUR.id - Pacu Jalur adalah salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Tradisi ini merupakan perlombaan mendayung perahu atau sampan atau kano yang terbuat dari kayu gelondongan atau kayu utuh tanpa sambungan.
Masyarakat setempat menyebut perahu itu sebagai jalur, sehingga perlombaan ini dinamakan pacu jalur.
Pacu Jalur sudah ada sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Menurut sejarah, tradisi ini bermula dari zaman penjajahan Belanda, ketika masyarakat Kuansing merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina dengan mengadakan perlombaan mendayung di sungai Batang Kuantan.
Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini dilanjutkan untuk merayakan hari raya agama Islam seperti Idul Fitri.
Kini, tradisi ini diselenggarakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia setiap bulan Agustus.
Baca Juga: Mengenal Kejawen, Identitas dan Cara Pandang Masyarakat Jawa terhadap Kehidupan
Pacu Jalur tidak hanya sekadar perlombaan mendayung biasa, tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya, sosial, dan religi yang tinggi.
Pacu Jalur merupakan simbol persatuan, kebersamaan, dan kekompakan masyarakat Kuansing.
Pacu Jalur juga merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pacu Jalur juga menjadi sarana untuk melestarikan alam dan lingkungan, karena perahu yang digunakan harus terbuat dari kayu alami tanpa bahan kimia.
Artikel Terkait
Indonesia Harus Belajar dari Sistem Pertanian Desa Cipta Gelar untuk Kebijakan Food Estate
Mengenal Kolak Ayam, Makanan Khas Kabupaten Gresik Yang Hanya Ada di Bulan Puasa
8 Wisata Budaya di Lamongan Ini Akan Membuat Liburanmu Semakin Berkesan
Mengenal Kejawen, Identitas dan Cara Pandang Masyarakat Jawa terhadap Kehidupan