Soeharto, dari Pahlawan Nasional hingga Diktator yang Dibenci

Photo Author
- Senin, 4 September 2023 | 20:51 WIB
Soeharto, Presiden ke 2 Republik Indonesia (Dok. PITUTUR.id/Pixellab).
Soeharto, Presiden ke 2 Republik Indonesia (Dok. PITUTUR.id/Pixellab).

PITUTUR.id - Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia yang menjabat selama 32 tahun, dari 1967 hingga 1998.

Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin yang berhasil membangun Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan politik pasca-Orde Lama, namun juga sebagai salah satu diktator yang paling korup dan represif dalam sejarah dunia.

Bagaimana sosok Soeharto bisa berubah dari pahlawan nasional hingga diktator yang dibenci?

Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

Ia adalah anak dari pasangan Kertosudiro, seorang petani sekaligus asisten lurah, dan Sukirah, seorang ibu rumah tangga.

Soeharto mengenyam pendidikan dasar di berbagai sekolah di Yogyakarta dan Wonogiri, sebelum akhirnya masuk ke Sekolah Bintara di Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1940.

Sebagai seorang prajurit, Soeharto berkiprah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Jepang dan Belanda.

Ia terlibat dalam Pertempuran Ambarawa pada tahun 1945, Operasi 17 Agustus pada tahun 1946, dan Operasi Seroja pada tahun 1975.

Baca Juga: Soeharto dan Koncoisme: Kisah Korupsi Keluarga dan Kroni Mantan Presiden

Ia juga memimpin operasi militer untuk menggagalkan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan pada tahun 1950-an, serta pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi Utara pada tahun 1958.

Karier militer Soeharto terus menanjak hingga ia menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada tahun 1965.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, terjadi peristiwa yang mengubah jalannya sejarah Indonesia, yaitu Gerakan 30 September (G30S), sebuah upaya kudeta yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan membunuh enam jenderal Angkatan Darat.

Soeharto berhasil menggagalkan kudeta tersebut dan mengambil alih komando Angkatan Darat dari Jenderal Ahmad Yani yang tewas dalam peristiwa tersebut.

Soeharto kemudian memanfaatkan situasi krisis untuk merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno, yang dianggap terlibat dalam G30S atau setidaknya bersimpati dengan PKI.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fitri Andani

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X