PITUTUR.id - Semarang, kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa, memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dan industri. Kota ini juga dikenal sebagai kota yang ramah dan toleran, dengan beragam budaya dan kuliner yang menarik.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Semarang juga merupakan kota yang paling berkembang dalam hal usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Semarang menjadi kota besar dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia selama masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: UMKM di China dan Indonesia: Siapa Lebih Unggul?
Pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Semarang mencapai 5,16 persen, mengungguli kota-kota lain seperti Denpasar, Medan, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Jakarta. Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi Semarang adalah keberadaan UMKM yang tangguh dan inovatif.
UMKM di Semarang bergerak di berbagai sektor, mulai dari makanan dan minuman, kerajinan, fesyen, hingga teknologi. Beberapa contoh UMKM yang sukses di Semarang antara lain adalah Kopi Klotok, sebuah kedai kopi yang menyajikan kopi tradisional dengan cita rasa khas Jawa Tengah; Batik Semarangan, sebuah usaha batik tulis yang menghasilkan motif-motif unik dan modern; dan Klikfix, sebuah platform digital yang menyediakan layanan perbaikan elektronik secara online.
Salah satu pelaku UMKM di Semarang adalah Rini Wulandari, pemilik Kopi Klotok. Ia mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan tantangan sekaligus peluang bagi usahanya.
“Awalnya kami sempat mengalami penurunan omset karena pembatasan sosial. Tapi kami tidak menyerah. Kami mulai berinovasi dengan membuat produk baru seperti kopi susu kekinian dan kopi bubuk kemasan. Kami juga memanfaatkan media sosial dan aplikasi pesan antar untuk mempromosikan dan menjual produk kami,” kata Rini.
Baca Juga: 30 UMKM Kota Malang Tunjukkan Potensi Produk Unggulan di Dekranasda Fest 2023
Rini menambahkan bahwa dukungan dari pemerintah kota juga sangat membantu usahanya.
“Pemerintah kota memberikan bantuan modal usaha, fasilitas perizinan usaha, pelatihan manajemen usaha, hingga pemasaran online. Kami juga mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai pameran dan bazar UMKM yang diselenggarakan oleh pemerintah kota,” ujar Rini.
Hal senada diungkapkan oleh Agus Setiawan, pemilik Batik Semarangan. Ia mengaku bahwa usahanya mampu bertahan dan berkembang di tengah pandemi berkat kerjasama dengan pemerintah kota dan komunitas UMKM.
“Pemerintah kota memberikan bantuan bahan baku, alat produksi, hingga sertifikat halal untuk produk kami. Kami juga bergabung dengan komunitas UMKM Semarang yang saling berbagi informasi, pengalaman, dan jaringan pasar,” kata Agus.
Artikel Selanjutnya
Stadion GBT Surabaya Venue Piala Dunia U-17, Eri Cahyadi Libatkan UMKM Produksi Merchandise
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Artikel Terkait
Stadion GBT Surabaya Venue Piala Dunia U-17, Eri Cahyadi Libatkan UMKM Produksi Merchandise
Eri Cahyadi Siap Libatkan UMKM Bikin Souvenir Usai Stadion GBT Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17
UMKM Artisan, Lokal Champion yang Siap Bersaing di Pasar Global
UKM dan UMKM, Apa Bedanya?
Mimpi Para Wirausaha: Program Hetero for Startup Buka Akses Investor untuk Pelaku UMKM
UMKM, Pilar Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi
Pedagang UMKM di Bandar Lampung Nikmati Gratis Sewa Kios di Taman Kuliner
Cara Mudah Dapat BLT UMKM Rp 3 Juta Tanpa Daftar BPUM, Cukup Terdaftar di Platform Digital Ini
30 UMKM Kota Malang Tunjukkan Potensi Produk Unggulan di Dekranasda Fest 2023
UMKM di China dan Indonesia: Siapa Lebih Unggul?