PITUTUR.id - Jam Gadang adalah salah satu ikon Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Menara jam ini menjulang setinggi 27 meter dan diresmikan pembangunannya pada 25 Juli 1927.
Jam Gadang memiliki jam berukuran besar berdiameter 80 cm di empat sisi menara sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Baca Juga: Pelecehan seksual di Indonesia terus terjadi
Jam Gadang dibangun pada 1925–1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, kontroler atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina.
Seorang arsitek asal Koto Gadang, Yazid Rajo Mangkuto bertindak sebagai penanggung jawab pembangunan, sementara pelaksana pembangunan ditangani oleh Haji Moran dengan mandornya St. Gigi Ameh.
Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh putra pertama Rookmaker yang pada saat itu masih berusia enam tahun. Pembangunannya menghabiskan biaya sekitar 15.000 Gulden di luar biaya upah pekerja sebesar 6.000 Gulden.
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia, seperti pengibaran bendera merah putih (1945), Demonstrasi Nasi Bungkus (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1959).
Saat ini, Jam Gadang menjelma menjadi objek wisata dengan perluasan taman di sekitarnya. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik pada hari kerja maupun pada hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sini.
Struktur Ukuran dasar bangunan
Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter. Bagian dalam menara jam terdiri dari lima tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul.
Struktur Mesin jam dan permukaan jam
Terdapat empat jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas.
Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Recklinghausen. Vortmann adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
Sejarah Jam Gadang
Jam Gadang terlihat dari kejauhan di salah satu sudut Kota Bukittinggi sekitar tahun 1933
Jam Gadang dibangun pada 1925–1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, kontroler atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina.
Artikel Terkait
India dilanda Virus Nipah, Apa Itu Virus Nipah dan dari Mana Awal Mula Virus Ini Muncul? Simak Penjelasannya
4 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Virus Nipah, Mulai dari Gejala Hingga Penularan
Perhatikan, Ini 8 Tips Ampuh untuk Menghindari Penyakit Virus Nipah
Ganjar Pranowo, Pilihan Jokowi untuk King Maker di Pilpres 2024
Jam Gadang: Simbol Kejayaan Masa Lalu yang Masih Berdiri Tegak di Bukittinggi