Meskipun anak tidak ingat isi dari bacaan yang telah dibacanya, selama anak dapat menemukan kesenangan dalam membaca maka itu pun sudah menjadi sebuah keuntungan.
Secara perlahan, orang tua dan pendidik dapat membimbing anak untuk mengembangkan kemampuan membaca pemahamannya.
Semua itu dimulai dari membaca untuk memeroleh kesenangan (reading for pleasure).
Tulisan ini bukan bermaksud menggap fenomena anak membaca tetapi lupa isinya sebagai satu hal sepele yang boleh dinormalisasi.
Sebaliknya, dapat menjadi pengingat bagi siapa saja bahwa membaca adalah aktivitas yang bermanfaat.
Sekali pun anak tidak mengingat isi dari tulisan yang ia baca, aktivitas membaca tidak pernah sia-sia.
Selebihnya adalah tanggung jawab orang tua dan para pendidik untuk mengarahkan anak mengembangkan keterampilan literasinya.
Baca Juga: Linieritas Pembangun Insan Cendekia di Sekolah Dasar
Bagaimana pun juga, fenomena tersebut adalah petunjuk bahwa Indonesia masih darurat literasi anak bahkan setelah beberapa tahun pasca survei terakhir PISA dan PIRLS dirilis. Artinya, Indonesia masih belum berhasil berbenah.
Menghubungkan fenomena darurat literasi anak tersebut dengan tema kemerdekaan Indonesia. Kemajuan negara dapat dicapai seiring dengan kemajuan pendidikan.
Pondasi literasi sebagai salah satu parameter kualitas pendidikan perlu dibangun dengan serius dan berkelanjutan.
Upaya tersebut dapat dicapai dengan menyinergikan seluruh elemen yang ada.
Dimulai dari keluarga yang memperkenalkan anak pada aktivitas membaca yang menyenangkan. Pendidik yang melaksanakan pendidikan literasi kepada anak di sekolah.
Pemerintah yang secara konsisten membangun sistem pendidikan literasi di Indonesia yang berkemajuan melalui berbagai program dan kebijakannya.
Momen kemerdekaan Indonesia ke-79 ini, semoga tidak menjadi sebuah seremonial belaka.
Artikel Terkait
Linieritas Pembangun Insan Cendekia di Sekolah Dasar
Menghadapi Tahun 2024 dengan Senyum: 7 Hal yang Mungkin Bisa Kamu Lakukan Agar Tak Merasa Gagal dan Sedih
Fandom K-Pop Mendukung AMIN: Strategi Politik atau Ekspresi Budaya?
Cerita Inspiratif dari Bangkalan, Madura: Ketekunan dan Kreativitas dalam Hadapi Tantangan