Genosida 1965-1966: Bagaimana Kebencian Suharto terhadap PKI dan Sukarno Menyebabkan Pembunuhan Massal

Photo Author
- Sabtu, 30 September 2023 | 22:31 WIB
Foto Arsip keamanan sosial
Foto Arsip keamanan sosial

Mereka memanfaatkan ketegangan dan prasangka sosial yang ada di masyarakat Indonesia untuk memicu kebencian dan kekerasan terhadap komunis dan sekutu-sekutunya.

Mereka menggambarkan mereka sebagai pengkhianat, ateis, kafir, subversif, dan musuh bangsa.

Genosida juga difasilitasi dan didorong oleh kekuatan asing, terutama Amerika Serikat dan sekutunya.

Mereka melihat Suharto sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam Perang Dingin mereka melawan komunisme dan mendukung kampanye anti-PKI-nya dengan uang, senjata, intelijen, dan propaganda.

Mereka juga menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Suharto. Mereka memuji dia karena mengembalikan ketertiban dan stabilitas di Indonesia dan membuka ekonominya untuk investasi dan perdagangan asing.

Genosida 1965-1966 memiliki dampak yang mendalam dan berkelanjutan pada masyarakat, budaya, politik, dan ekonomi Indonesia. Ini menghancurkan segmen besar populasi dan menghapus keragaman dan pluralisme.

Ini menciptakan iklim ketakutan dan diam yang menekan setiap perbedaan atau kritik terhadap rezim Suharto. Ini memutarbalikkan sejarah dan ingatan dengan memalsukan atau menghapus fakta dan narasi tentang G30S dan dampaknya.

Ini juga membentuk perkembangan dan arahnya dengan memberlakukan model militeristik, otoriter, korup, dan neoliberal yang mengutamakan kepentingan segelintir orang daripada kebutuhan banyak orang.

Baca Juga: Mengapa Minum Kopi Membuat Mulas? Jawaban Ilmiah yang Mungkin Anda Tidak Ketahui

Genosida 1965-1966 tetap menjadi isu kontroversial dan sensitif di Indonesia saat ini. Selama beberapa dekade, itu menjadi tabu untuk membicarakannya atau mencari keadilan bagi korban.

Banyak korban dan keluarga mereka masih hidup dalam ketakutan atau malu atau menderita trauma atau stigma. Banyak pelaku dan kaki tangannya masih menikmati impunitas atau bahkan memegang posisi kekuasaan atau pengaruh.

Banyak fakta dan dokumen masih tersembunyi atau tidak dapat diakses. Banyak mitos dan kebohongan masih tersebar atau dipercaya.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa tanda perubahan dan harapan. Beberapa korban dan keluarga mereka telah maju untuk menceritakan kisah mereka atau menuntut hak mereka.

Beberapa aktivis dan peneliti telah mengungkap bukti baru atau menantang narasi lama. Beberapa seniman dan penulis telah menciptakan karya baru atau menghidupkan kembali karya lama yang mencerminkan atau mewakili genosida.

Beberapa lembaga dan inisiatif telah muncul atau berkembang untuk mendokumentasikan, mengakui, atau memperingati genosida. Beberapa pengadilan dan tribunal telah diadakan atau diusulkan untuk menyelidiki atau mengadili genosida.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rasyiqi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Linieritas Pembangun Insan Cendekia di Sekolah Dasar

Minggu, 26 November 2023 | 08:38 WIB

Gibran Membangkang, PDIP Meradang

Selasa, 31 Oktober 2023 | 07:04 WIB

Politik Makan Siang Ala Jokowi

Selasa, 31 Oktober 2023 | 06:16 WIB

Wartawan, Si Pemberi Suara yang Terluka

Kamis, 5 Oktober 2023 | 13:35 WIB

Dari Satu ke Belasan Ribu, Rupiah Makin Sampah?

Minggu, 1 Oktober 2023 | 15:36 WIB

Terpopuler

X