PITUTUR.id - Di tengah gurun pasir yang tandus dan kering, ada secercah harapan hijau yang tumbuh. Itu adalah hasil dari teknologi pertanian padi gurun China, yang mampu mengubah pasir menjadi tanah subur.
Teknologi ini dikembangkan oleh ilmuwan China, Profesor Yi Zhijian dan timnya dari Universitas Jiaotong Chongqing. Mereka menciptakan suatu zat perekat yang terbuat dari selulosa tanaman, yang dapat dicampur dengan pasir dan membentuk lapisan tanah di permukaan gurun.
Zat perekat ini dapat menahan air, udara, dan pupuk, sehingga memungkinkan padi dan tanaman lainnya untuk tumbuh di sana.
Teknologi ini telah diuji coba di beberapa lokasi di China, seperti Gurun Ulan Buh di Mongolia Dalam, Gurun Taklimakan di Xinjiang, dan Gurun Kubuqi di Mongolia Dalam.
Baca Juga: Food Estate Jokowi: Solusi Brilian untuk Selamatkan Hutan dan Penuhi Kebutuhan Bangsa
Hasilnya menunjukkan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan hasil panen padi hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan metode konvensional.
Selain itu, teknologi ini juga dapat menghemat air irigasi hingga 50 persen. Teknologi ini bahkan mendapatkan penghargaan Earthshot Prize 2022, sebuah penghargaan bidang lingkungan yang didirikan oleh Pangeran William dari Inggris.
Teknologi pertanian padi gurun China ini merupakan salah satu contoh inovasi yang berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan.
Dengan teknologi ini, China berharap dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya yang terus bertambah, sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim.
Baca Juga: Indonesia Harus Belajar dari Sistem Pertanian Desa Cipta Gelar untuk Kebijakan Food Estate
Teknologi ini juga dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang memiliki lahan gurun yang luas, seperti Timur Tengah dan Afrika.
Sementara itu, di Indonesia, ada program yang bertolak belakang dengan teknologi pertanian padi gurun China. Program itu adalah food estate atau lumbung pangan, yang merupakan gagasan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan secara terintegrasi di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan lain-lain.
Namun, program ini menuai banyak kritik dari berbagai pihak, termasuk dari partai politik pendukung Jokowi sendiri, yaitu PDI Perjuangan (PDI-P). Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut program food estate sebagai proyek kejahatan lingkungan.
Artikel Selanjutnya
Garuda Food Buka Lowongan Pekerjaan, Cek Kualifikasinya disini
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Artikel Terkait
Garuda Food Buka Lowongan Pekerjaan, Cek Kualifikasinya disini
Soal Polemik Program Food Estate, Jokowi ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto: Tak Semudah yang Dibayangkan
Mengenal Program Food Estate Jokowi: Dikritik PDIP, Dibela Gerindra
Diklaim Jadi Solusi Antisipasi Krisis Pangan Tanah Air, Kepada Siapa Program Food Estate Berpihak?
Food Estate, Program Jokowi untuk Antisipasi Krisis Pangan yang Menuai Kritik
Desa Cipta Gelar, Melawan Food Estate dengan Pertanian Berbasis Warisan Leluhur
Indonesia Harus Belajar dari Sistem Pertanian Desa Cipta Gelar untuk Kebijakan Food Estate
Food Estate Jokowi: Solusi Brilian untuk Selamatkan Hutan dan Penuhi Kebutuhan Bangsa