PITUTUR.id - Begitu saja berita tentang Prabowo Subianto memasuki arena pemilihan presiden, dan warga Indonesia dihadapkan pada pertanyaan yang abadi: apakah kali ini ia akan berhasil atau kembali meraih kekalahan?
Sepertinya, Prabowo telah menemukan cara yang unik untuk menjaga ketegangan dalam dunia politik dan memberikan nuansa konstan ke dalam perdebatan yang tak kunjung usai.
Pada setiap pemilihan presiden sejak 2004, Prabowo memegang peran utama dalam drama politik Indonesia. Kehadirannya dalam ruang politik memberikan suatu hal yang hampir setara dengan kehadiran karakter favorit dalam serial TV yang tak pernah habis.
Namun, bagaimana bisa seseorang yang selalu meraih perolehan suara terendah menjadi bintang utama dalam setiap musim pilpres?
Dalam perjalanan politiknya, Prabowo seolah telah membuktikan bahwa "kalah adalah pilihan" sebagai moto hidupnya. Setiap kali dia mengikuti konvensi partai atau bertanding dalam pilpres, hasilnya tak pernah jauh berbeda.
Entah apakah ini adalah strategi cerdik untuk mempertahankan eksistensinya dalam dunia politik atau sekadar upaya terus menerus untuk menemukan keberuntungan di tengah hujan badai.
Pada 2004, konvensi Partai Golkar menyajikan dramanya. Sebagai calon presiden, Prabowo hanya mampu meraih 39 suara, jauh tertinggal dari para pesaingnya.
Tidak seperti selebriti populer yang mencetak rekor penjualan album, Prabowo tampaknya memiliki rekor penjualan kepercayaan publik yang belum pernah ada sebelumnya.
Perjalanan politik Prabowo terus berlanjut dengan pertunjukan pada 2009. Kali ini, dia menjadi cawapres Megawati dan tetap meraih kekalahan dalam pemilihan yang masih sama.
Namun, Prabowo tampaknya tidak lelah dengan acara ini dan memutuskan untuk membintangi musim selanjutnya.
Pada tahun 2014, penonton politik diberikan pertunjukan dengan aksi yang lebih intens. Dengan koalisi partai besar di belakangnya, Prabowo meraih kemenangan hanya dalam hitungan cepat yang lebih mirip tebak-tebakan daripada analisis serius.
Meskipun mengklaim kemenangan, pemerintahan resmi jelas tidak sependapat, dan akhirnya, Prabowo harus mengakhiri musim dengan kekalahan lainnya.
2019 datang, dan penonton diberikan kembali episode yang familiar. Dengan drama yang hampir serupa, Prabowo mengklaim kemenangan sekali lagi hanya untuk menemui dinding yang tak terelakkan dari hasil resmi.
Jika ada yang belajar dari pengalaman sebelumnya, maka seharusnya Prabowo telah mengembangkan ketahanan terhadap kekalahan.
Namun, seperti seorang pemeran utama yang tidak pernah menyerah, Prabowo kembali hadir dalam musim yang belum berakhir. 2024 akan segera tiba, dan pertanyaan tetap sama:
Artikel Terkait
Di Balik Deklarasi Prabowo Capres - Erick Thohir Diusulkan Jadi Cawapres
Ragam Komentar Parpol Saat Prabowo Gaungkan Jokowinomics
Puan Maharani Bantah Isu Gibran Jadi Cawapres Prabowo
PDIP Geram dengan Dukungan Jokowi untuk Prabowo
Prabowo Subianto Siap Bertarung di Pilpres 2024 dengan Harta Kekayaan Lebih dari 2 Triliun Rupiah