Machsus menyarankan Pemkot Surabaya berkolaborasi dengan sektor swasta melalui skema Public-Private Partnership (PPP) untuk mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi umum.
Langkah konkret yang dapat dilakukan adalah penambahan jumlah armada, perluasan rute jaringan, dan pembangunan jalur khusus transportasi umum.
”Integrasi antar moda transportasi juga krusial untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi,” paparnya.
Baca Juga: Mandi Sambil Bermain Di Pinggir Pantai Tiga Warga Sampang Terseret Ombak hingga Meninggal
Sebab, layanan angkutan umum seperti Suroboyo Bus, Trans Jatim, dan Wirawiri Suroboyo telah memberikan alternatif transportasi yang terjangkau dan ramah lingkungan.
Namun, tentu saja, efektivitasnya masih terbatas. Cakupan rutenya masih sempit. Frekuensi layanan juga masih rendah.
“Integrasi antar moda transportasi yang belum optimal juga menjadi kendala utama,” ujarnya.
Baca Juga: Menyambut Festival Kuliner Digital: Mencoba Dunia Lewat Metaverse
Menurutnya, Surabaya dapat belajar dari Jakarta yang berhasil mengurangi kemacetan melalui integrasi sistem transportasi publik seperti MRT, LRT, dan TransJakarta.
Ya, kata Machsus, Surabaya perlu memperluas cakupan transportasi umum dan meningkatkan manajemen lalu lintas.
Mengubah persepsi masyarakat bahwa kemacetan bukanlah “takdir” kota metropolitan memerlukan strategi komunikasi yang efektif.
”Kampanye publik, contoh kesuksesan dari kota lain, dan transparansi dalam perencanaan transportasi publik adalah kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat,” tutur Machsus. (*)