PITUTUR.id - Dalam aliran arus berita yang terus mengalir di dunia modern ini, sering kali kita menemukan berita yang sekadar menginformasikan fakta, data, dan angka. Namun, jurnalisme sejati memiliki potensi yang lebih besar daripada sekadar itu.
Di balik informasi-informasi tersebut, terdapat nilai-nilai moral, pelajaran, nasihat, dan peringatan yang dapat membawa pemahaman yang lebih dalam dan mencerahkan pikiran pembaca. Di sinilah Jurnalisme Pitutur mengambil peran pentingnya.
Jurnalisme Pitutur adalah pendekatan dalam jurnalisme yang mengedepankan pesan moral dan etis dalam penyampaian berita.
Dalam konteks ini, tidak hanya fakta yang disampaikan, tetapi juga pesan-pesan yang dapat membimbing pembaca dalam merespons dan merenungkan peristiwa-peristiwa yang dilaporkan.
Baca Juga: Jurnalisme Pitutur: Mengartikulasikan Berita Melalui Pelajaran, Nasihat, dan Peringatan
Jurnalisme Pitutur menciptakan jembatan antara kenyataan dan refleksi, mengarahkan pembaca untuk melihat berita dengan sudut pandang yang lebih luas dan mendalam.
Untuk lebih memahami asal-usul Jurnalisme Pitutur, kita perlu merenungkan sejarahnya yang terjalin dalam benang merah peradaban manusia.
Sebelum jurnalisme menjadi entitas formal seperti yang kita kenal hari ini, cerita-cerita rakyat dan tradisi lisan telah menjadi sarana utama dalam menyampaikan informasi dan nilai-nilai kepada masyarakat.
Dalam cerita-cerita tersebut, selalu terkandung pesan-pesan moral, pelajaran, dan nasihat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Namun, pergeseran mendasar terjadi saat teknologi pencetakan muncul pada abad ke-15. Jurnalisme modern dimulai dengan lahirnya koran-koran cetak, yang lebih menekankan pada penyampaian fakta, data, dan berita-berita aktual.
Namun, tidak sepenuhnya Jurnalisme Pitutur menghilang. Jurnalisme ini masih hidup dalam bentuk editorial, opini, dan esai di berbagai media cetak.
Perkembangan teknologi informasi pada abad ke-21 membawa kita kembali ke pangkuan Jurnalisme Pitutur. Internet dan media sosial memungkinkan penyampaian berita menjadi lebih variatif.
Selain berita konvensional, terdapat ruang bagi opini pribadi, cerita inspiratif, dan pengalaman pribadi yang membawa pesan moral yang dalam.
Saya yakin Anda, sebagai seorang yang memiliki ketertarikan dalam diskusi dan refleksi, menyadari bahwa berita yang memiliki dimensi moral mampu memberikan dampak jangka panjang dalam membentuk sikap dan pandangan masyarakat.
Artikel Terkait
Ketakutan LGBTQ Meningkat di Malaysia Akibat Pengaruh Islamis
Pemerintah Melarang LGBT, Aktivis Soroti Ancaman di Malaysia
Deretan Artis yang Nyaleg dalam Pemilu 2024, Dari Penyanyi Hingga Aktor
Pemerintah Mulai Operasi Modifikasi Cuaca untuk Redakan Polusi Udara di Jakarta
Serahkan 3.525 SK PPPK, Khofifah Ajak ASN Sinergi dan Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045
Tes DNA Silang Bakal Dilakukan Terkait Bayi Tertukar di RS Sentosa Kemang
Setiap Ada Kelahiran Baru di Surabaya, Warga Wajib Tanam 1 Pohon, Ternyata Ini Alasannya
KPI DKI Jakarta Ingatkan Penyiaran Hindari Tayangan LGBTQ
Ada Warga Miskin di Surabaya Mau Kerja Hanya di Ruagan Ber-AC, Eri Cahyadi: Jangan Pilih-Pilih
Jurnalisme Pitutur: Mengartikulasikan Berita Melalui Pelajaran, Nasihat, dan Peringatan