Bukan Hanya Perasaan, Ini Alasan Bulan Januari Terasa Lebih Lama Dibandingkan Bulan-Bulan Lainnya

PITUTUR.id - Berbagai keresahan dikeluhkan oleh warganet di sosial media X mengenai lambatnya waktu di bulan Januari. 

Seolah-olah, bulan Januari berjalan jauh lebih lambat dan terasa lebih dari 31 hari. 

Apakah fenomena ini benar adanya? Berikut penjelasan singkatnya: 

Baca Juga: Gak Punya Ijazah? Gak masalah! Angkatan Laut Amerika Serikat Membuka Pintu Rekrutan Bagi yang Tidak Lulus dari Sekolah

Pertama-tama, setelah merayakan pergantian tahun, banyak orang yang kembali ke rutinitas sehari-hari mereka, bukan lagi istirahat dan libur panjang. 

Kembali ke rutinitas sehari-hari, membuat orang cenderung menjadi lebih cepat jenuh dan lelah. 

Fenomena ini juga ada kaitannya dengan hipotesis jam dopamin. 

Baca Juga: Viral! Bayi ini Meninggal Setelah Diberi Minum Ramuan Tradisional oleh Keluarganya, Sang Ibu Nyesek Banget!

Dilansir dari bisnis.com, hipotesis jam dopamin ini berhubungan dengan produksi dan pelepasan hormon dopamin dalam otak yang dapat memengaruhi persepsi waktu.

Selama liburan, kebanyakan orang terlibat dalam aktivitas yang meningkatkan produksi dopamin, seperti berkumpul dengan keluarga, liburan panjang, dan melepas penat dengan hobi atau kesukaan masing-masing.

Kemudian ketika kembali ke rutinitas sehari-hari pada bulan Januari, tingkat aktivitas dopamin cenderung menurun, yang dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap waktu yang menimbulkan ilusi kebalikannya. 

Baca Juga: Hujan Menjelang Imlek: Mitos, Fakta, dan Pesona Langit yang Bercerita

Efek hipotesis jam dopamin ini menjelaskan mengapa rutinitas sehari-hari terasa lebih monoton dan waktu terasa berjalan lebih lambat setelah liburan. 

Salah satu komponen otak yang turut berperan dalam pengaturan waktu adalah korteks prefrontal (PFC).