PITUTUR.id - Dua ahli senjata menyatakan bahwa Israel melancarkan serangan ke kamp pengungsi Al-Mawasi di Gaza menggunakan bom besar yang dipasok oleh Amerika Serikat.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas, serangan ini menyebabkan sedikitnya 92 orang tewas dan lebih dari 30 orang terluka.
Serangan tersebut menjadi salah satu yang paling mematikan dalam lebih dari sembilan bulan konflik di Gaza. Al-Mawasi, yang sebelumnya dinyatakan sebagai "zona aman" oleh Israel, sekarang berubah menjadi wilayah yang hancur, dengan rumah sakit-rumah sakit di sekitar kewalahan menangani jumlah korban.
Para ahli senjata mengidentifikasi bom yang digunakan sebagai Joint Direct Attack Munition (JDAM) berdasarkan rekaman video dari lokasi ledakan yang tersebar di internet.
Baca Juga: Ramai Soal Nahdliyin Temui Presiden Israel, Siapa Mereka?
Bom JDAM, buatan Amerika Serikat, mengubah bom bebas menjadi amunisi presisi dengan teknologi GPS. Sistem ini dikembangkan setelah Perang Teluk 1991 untuk meningkatkan akurasi dalam cuaca buruk dan pertama kali digunakan pada 1997.
Angkatan Udara AS mengklaim bahwa JDAM memiliki tingkat keandalan 95 persen. Trevor Ball, mantan teknisi pembuangan bahan peledak Angkatan Darat AS, mengonfirmasi penggunaan JDAM di Al-Mawasi setelah menganalisis gambar-gambar serangan.
Dia mencatat bahwa fragmen bom tersebut sesuai dengan muatan 1.000 atau 2.000 pon, serta hulu ledak "bunker buster" BLU-109 yang dirancang untuk menembus beton sebagaimana dilansir Pitutur.id dari laman AFP.
Penggunaan bom besar di area padat penduduk di Gaza ini telah menimbulkan kecaman dari komunitas internasional dan meningkatkan tekanan pada Presiden AS Joe Biden untuk meninjau kembali pasokan senjata ke Israel.
Baca Juga: Ketua Umum PBNU Minta Maaf Atas Pertemuan Nahdliyin dengan Presiden Israel di Tengah Ketegangan Gaza
Pada 12 Juli 2024, pendukung utama militer Israel mengumumkan dimulainya kembali pasokan bom seberat 500 pon, meskipun Biden menegaskan bahwa bom seberat 2.000 pon akan tetap ditahan.
Gedung Putih terus menyatakan keprihatinannya atas banyaknya korban sipil di Gaza selama operasi Israel melawan Hamas. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, baru-baru ini mengatakan kepada dua pejabat senior Israel bahwa jumlah korban sipil sangat tinggi, menurut juru bicaranya.
Dalam analisisnya, Wes Bryant, seorang pensiunan sersan mayor Angkatan Udara AS dan pakar serangan gabungan, menyatakan bahwa seharusnya dapat dihindari kerusakan di area sekitar target.
Baca Juga: Kunjungan ke Israel Picu Protes, Zainul Maarif Disidang oleh Unusia