Jangan Asal Boikot, Coba Cek Website ini Dulu Agar Tahu Alasan Mengapa Brand Pro Israel Harus diboikot

PITUTUR.id - Saat ini, banyak orang di Indonesia yang menunjukkan dukungan dan solidaritas mereka kepada Palestina, yang menjadi korban kekejaman Israel.

Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah dengan melakukan boikot terhadap produk-produk yang berafiliasi dengan Israel.

Namun, apakah anda tahu alasan mengapa produk-produk tersebut harus diboikot? Apakah anda tahu cara yang tepat untuk melakukan boikot? Apakah anda tahu brand-brand apa saja yang termasuk dalam daftar boikot?

Baca Juga: Website Ini Beri Informasi dan Panduan Lengkap Boikot Brand Pro Israel, Sampai Merek Senjata juga Ada

Jika anda belum tahu jawabannya, maka anda perlu mengunjungi website ini.

Website ini dibuat oleh portal berita Inggris, The Witness, yang menghimpun informasi mengenai brand-brand pro Israel yang patut mendapat tekanan sosial dari masyarakat.

Website ini menyajikan daftar brand pro Israel yang dibagi dalam 20 kategori, mulai dari mobil, pakaian, kopi, kontraktor, kosmetik, minuman, hiburan, fashion, keuangan, makanan, kesehatan, kebutuhan rumah tangga, asuransi, merek mewah, manufaktur, farmasi, politik, supermarket, teknologi, dan senjata.

Anda dapat melakukan pencarian untuk setiap nama brand yang anda ingin ketahui.

Anda juga dapat melihat penjelasan mengapa brand tersebut masuk dalam daftar boikot, serta bagaimana cara melakukan boikot yang efektif.

Baca Juga: Meski Sudah Keluarkan Fatwa Haram, MUI Tak Pernah Keluarkan Daftar Produk Perusahaan yang Layak Diboikot

Misalnya, anda ingin mengetahui alasan mengapa Starbucks harus diboikot.

Anda dapat meng-klik tulisan why di sisi kanan brand tersebut, dan anda akan menemukan fakta bahwa Howard Schultz, pemilik saham terbesar Starbucks, banyak melakukan investasi dalam perekonomian Israel.

Bahkan, baru-baru ini dia menanam modal sebesar USD 1,7 miliar.

Lalu, bagaimana cara melakukan boikot terhadap Starbucks? Website ini memberi saran bahwa anda tidak hanya harus menghindari membeli produk Starbucks, tetapi juga tidak berinvestasi di perusahaan tersebut, bahkan tidak bekerja di sana.