Bagaimana Menghadapi Kegagalan Startup? Simak Kisah Gojek yang Tutup Operasionalnya

Photo Author
- Minggu, 27 Agustus 2023 | 21:39 WIB
Ilustrasi gambar gojek Gagal
Ilustrasi gambar gojek Gagal

PITUTUR .id - Kegagalan adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam dunia bisnis, terutama bagi para pelaku startup. Banyak startup yang bermunculan dengan ide-ide inovatif, namun tidak semua bisa bertahan dan sukses.

Menurut data dari Startup Genome, sekitar 90% startup gagal dalam  tiga tahun pertama. Lalu, apa yang bisa dipelajari dari startup yang tidak berhasil? Bagaimana cara mengatasi kegagalan dan bangkit kembali?

Salah satu startup yang mengalami kegagalan adalah Gojek, perusahaan transportasi online asal Indonesia yang sempat menjadi unicorn. Gojek didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, seorang lulusan Harvard Business School.

Baca Juga: Tingkatkan Daya Tahan Imun Tubuh Dengan Nutrisi Seimbang, Begini Caranya

Awalnya, Gojek hanya menyediakan layanan ojek online, namun kemudian berkembang menjadi super app yang menawarkan berbagai layanan seperti pesan-antar makanan, belanja online, pembayaran digital, hingga layanan kesehatan.

Gojek berhasil mendapatkan pendanaan dari berbagai investor besar, seperti Google, Tencent, Temasek, dan Sequoia Capital. Pada tahun 2019, Gojek dikabarkan memiliki valuasi sekitar 10 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu startup terbesar di Asia Tenggara.

Namun, pada tahun 2022, Gojek mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan operasionalnya di Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Baca Juga: Ginseng Si Tanaman Ajaib dengan Segudang Manfaat untuk Kesehatan Tubuh

Alasannya adalah karena persaingan yang ketat dengan rivalnya, Grab, serta dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan permintaan layanan.

Kegagalan Gojek tentu saja mengejutkan banyak orang, terutama para penggunanya yang sudah terbiasa dengan layanan-layanan yang ditawarkan.

Baca Juga: Dari Ide ke Skala: Strategi Menskalakan Startup Anda di Pasar yang Kompetitif

Namun, dari kegagalan ini, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik oleh para pelaku startup lainnya. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

  • Fokus pada value proposition. Value proposition adalah nilai atau manfaat yang ditawarkan oleh sebuah produk atau layanan kepada pelanggan. Value proposition haruslah jelas, unik, dan relevan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
  • Gojek mungkin terlalu cepat berkembang dan menambahkan banyak fitur dan layanan baru tanpa mempertimbangkan apakah itu sesuai dengan value proposition mereka. Hal ini bisa membuat pelanggan bingung dan tidak loyal.

  • Beradaptasi dengan perubahan. Lingkungan bisnis selalu berubah-ubah, terutama di era digital. Para pelaku startup harus mampu mengikuti perubahan tersebut dan menyesuaikan strategi mereka sesuai dengan kondisi pasar.

Baca Juga: Startup di Masa Depan: Inovasi dan Peluang di Tengah Pandemi dan Kenormalan Baru

  • Gojek mungkin terlambat dalam merespon perubahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19, seperti peningkatan permintaan layanan antar-jemput barang dan pengiriman obat. Hal ini membuat mereka kalah saing dengan Grab yang lebih responsif dan inovatif.
  •  Belajar dari kesalahan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah pembelajaran. Para pelaku startup harus bisa menerima kegagalan sebagai feedback dan peluang untuk memperbaiki diri.
  • Gojek mungkin bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka buat dan mencoba untuk bangkit kembali dengan cara yang berbeda. Misalnya, dengan fokus pada pasar tertentu, melakukan pivot, atau berkolaborasi dengan mitra strategis.

Baca Juga: Cara Menjadi Kewirausahawan Sosial yang Sukses: Kisah Inspiratif dari Muhammad Yunus dan Ibu Robin Lim

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rasyiqi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Apakah ABC Produk Israel? Simak Fakta-fakta Lengkapnya

Minggu, 19 November 2023 | 06:30 WIB

Terpopuler

X