PITUTUR.id - Polusi udara di Indonesia, khususnya di Jakarta, semakin menjadi-jadi. Berdasarkan data IQAir pada 20 Agustus 2023 pukul 11.00 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 155 atau masuk kategori tidak sehat.
Salah satu penyebab utama polusi udara adalah emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang mencapai 44% dari total sumber pencemar udara di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah pusat dan daerah gencar mendorong penggunaan kendaraan listrik yang diklaim lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Beberapa pejabat negara, seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan; Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia; Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono; dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bahkan telah menyatakan komitmen mereka untuk menggunakan kendaraan listrik dalam aktivitas sehari-hari.
Pj Gubernur DKI Jakarta juga berencana untuk mewajibkan pejabat eselon IV ke atas menggunakan kendaraan listrik dan mengimbau masyarakat “yang mampu” beralih ke kendaraan listrik.
Namun, apakah kendaraan listrik benar-benar solusi nyata untuk mengurangi polusi udara? Ataukah hanya solusi palsu yang tidak akan menyelesaikan akar masalah? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat lebih dalam aspek-aspek yang terkait dengan kendaraan listrik, seperti sumber energi, infrastruktur, regulasi, dan dampak sosial.
Baca Juga: Kurangi Polusi Udara, Startup Perikanan FishLog Terapkan WFA Permanen
Sumber Energi: Batu Bara vs Energi Terbarukan
Salah satu alasan utama mengapa kendaraan listrik disebut sebagai solusi palsu adalah karena sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya kendaraan listrik masih didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Menurut catatan WALHI Nasional, 85% sumber energi di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil dan sekitar 60% lebih berbentuk PLTU batu bara dan sisanya berbentuk PLTU lain. Padahal, PLTU batu bara juga merupakan salah satu penyumbang polusi udara yang signifikan.
Juru kampanye polusi dan urban WALHI Nasional, Abdul Ghofar, mengatakan bahwa elektrifikasi kendaraan memang rendah emisi di hilirnya, yaitu untuk moda transportasinya.
Namun, di hulunya, yaitu dari mana listrik yang digunakan untuk charging, mayoritas masih berasal dari PLTU batu bara yang ada di sekitar Jakarta. “Ada sekitar belasan PLTU di Jawa Barat sama Banten,” kata Ghofar.
Senada dengan Ghofar, Juru Bicara bidang Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, juga mengatakan bahwa ajakan untuk beralih ke kendaraan listrik adalah solusi palsu jika dilakukan tanpa mengganti sumber energi yang digunakan untuk mengisi ulang daya kendaraan.
“Kalau kita mau beralih ke kendaraan listrik tapi masih menggunakan sumber energi batu bara atau fosil lainnya, itu sama saja bohong,” kata Bondan.
Bondan menambahkan bahwa pemerintah harus lebih serius dalam mengembangkan energi terbarukan sebagai sumber energi utama untuk mendukung transisi ke kendaraan listrik.
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber alam yang tidak habis atau dapat diperbaharui secara berkelanjutan, seperti matahari, angin, air, gelombang laut, panas bumi, dan biomassa. Energi terbarukan memiliki banyak keunggulan, seperti tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, tidak menghabiskan sumber daya alam, dan lebih murah dalam jangka panjang.
Artikel Selanjutnya
4 Arahan Jokowi Kurangi Polusi Udara di Jakarta, Nomor 2 Pernah diterapkan
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.
Artikel Terkait
4 Arahan Jokowi Kurangi Polusi Udara di Jakarta, Nomor 2 Pernah diterapkan
Artis ini Dulu Pernah Gugat Jokowi dan Anies Baswedan Soal Polusi Udara di Jakarta dan Menang, Ini Sosoknya
Next Generation eCanter, Truk Logistik Bebas Polusi dalam Ajang GIIAS 2023
Polusi Semakin Parah, Waspadai Ancaman Penyakit Ini
Kurangi Polusi Udara, Startup Perikanan FishLog Terapkan WFA Permanen