Tan Malaka: Pemikir, Revolusioner, dan Politisi yang Berani

Photo Author
- Sabtu, 16 September 2023 | 23:12 WIB
Ilustrasi gambar tan malaka
Ilustrasi gambar tan malaka

PITUTUR.id - Tan Malaka adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai pemikir, revolusioner, dan politisi yang berani dan berjiwa sosial.

Ia juga dikenal sebagai pendiri Partai Murba yang bertujuan untuk melawan penjajahan Belanda dan mengadvokasi hak-hak rakyat.

Ia juga pernah menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berjuang untuk keadilan sosial dan persamaan di masa penjajahan Belanda. Namun, ia kemudian menyatakan keluar dari PKI pada 1921 karena merasa tidak sesuai dengan ideologi komunis.

Baca Juga: Dampak Musim Kemarau pada Sekolah: BMKG Memberikan Panduan

Tan Malaka lahir pada 1897 di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat dengan nama Ibrahim. Ia didaftarkan di sekolah Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock.

Di sekolah, Tan merupakan salah satu murid yang cerdas, sehingga gurunya mengusulkan pada Tan untuk melanjutkan pendidikannya di Belanda.

Tan kemudian melanjutkan pendidikannya ke Rijks Kwekschool di Haarlem, Belanda. Di sana ia bertemu dengan Henk Sneevliet, salah seorang pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging alias ISDV.

ISDV adalah sebuah organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Di sini ia juga bertemu dengan Soekarno dan Mohammad Hatta, dua tokoh perjuangan nasional Indonesia.

Tan kemudian tertarik dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Social Democratische-Onderwijzers Vereeniging alias Asosiasi Demokratik Sosial Guru.

Tan kemudian bergabung dengan organisasi ini dan menjadi anggota aktifnya. Di sini ia belajar tentang ideologi komunis dan sosialisme lewat karya Karl Marx, Engels hingga Lenin.

Tan juga terlibat dalam berbagai gerakan sosial dan politik di Belanda, seperti Gerakan Sosialis Muda (GSM), Gerakan Sosialis Muda Indonesia (GSMI).

Tan juga terlibat dalam Konferensi Meja Bundar yang membahas masa depan Indonesia setelah penjajahan Belanda.

Di sini ia menyampaikan pandangan-pandangannya tentang kemerdekaan bangsa dan negara dari penjajahan kolonial Belanda. Ia juga menyatakan bahwa ia tidak akan bergabung dengan Partai Nasionalis.

Tan kemudian meninggal dunia pada 12 Mei 1948 di Pethok, Kediri, Jawa Timur setelah ditangkap oleh pasukan militer Belanda saat melakukan aksi protes bersenjata di kota tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rasyiqi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X