PITUTUR.id - Asia adalah benua terbesar dan terpadat di dunia, dengan lebih dari empat miliar penduduk dan 48 negara.
Asia juga memiliki sejarah, budaya, agama, dan peradaban yang kaya dan beragam. Selama berabad-abad, Asia menjadi sumber inspirasi, inovasi, dan pengaruh bagi dunia.
Namun, pada abad ke-19 dan ke-20, Asia mengalami penjajahan, perang, kemiskinan, dan keterbelakangan.
Asia menjadi pinggiran dalam sejarah dunia, bereaksi dengan ketidakberdayaan terhadap lonjakan perdagangan, berpikir, dan kekuasaan dunia Barat. Era tersebut sudah berakhir.
Baca Juga: ADO Den Haag Lepas Rafael Struick untuk Bela Timnas Indonesia dalam Ajang Piala Asia U-23
Pada abad ke-21, Asia kembali ke tengah panggung yang didudukinya selama delapan belas abad sebelum munculnya Barat.
Pada tahun 2050, tiga ekonomi terbesar di dunia akan berasal dari Asia: Cina, India, dan Jepang. Asia juga memiliki negara-negara berkembang yang dinamis seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia, Thailand, dan lainnya.
Asia Hemisfer Dunia adalah istilah yang digunakan oleh Kishore Mahbubani, seorang akademisi dan mantan diplomat Singapura, untuk menggambarkan pergeseran kekuatan global ke Timur yang tak terelakkan.
Baca Juga: Indonesia Masuk 10 Besar Negara Paling Bahagia di Asia
Dalam bukunya yang berjudul sama, Mahbubani berpendapat bahwa pikiran Barat perlu untuk melangkah keluar dari "zona kenyamanan" mereka dan mempersiapkan peta mental baru untuk memahami kebangkitan Asia.
Mahbubani menunjukkan bahwa Asia telah belajar banyak dari Barat dalam hal modernisasi, demokratisasi, globalisasi, dan multilateralisme. Asia juga telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan tantangan zaman seperti pandemi, perubahan iklim, dan terorisme.
Asia memiliki potensi untuk menjadi mitra yang bertanggung jawab dalam tatanan dunia yang stabil.
Baca Juga: Dangdut, Musik Rakyat yang Siap Jadi Warisan Dunia
Namun, Mahbubani juga mengingatkan bahwa Asia bukanlah monolit yang homogen. Ada perbedaan besar antara negara-negara Asia dalam hal ukuran, sistem politik, nilai-nilai sosial, dan kepentingan nasional. Ada juga persaingan dan konflik yang dapat memicu ketegangan dan krisis regional atau global.
Artikel Terkait
Indonesia Masuk 10 Besar Negara Paling Bahagia di Asia
6 Fakta Menarik Probolinggo, Miliki Patung Terbesar se Asia
Kemenangan Dramatis Al Nassr 4-2 Atas Shabab Al Ahli dalam Ajang Liga Champions Asia
Indonesia Gagal Juara Piala AFF U23, Erick Thohir: Kita Masih Bisa Berbicara di Level Teratas Asia Tenggara
Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Asia U-23
ADO Den Haag Lepas Rafael Struick untuk Bela Timnas Indonesia dalam Ajang Piala Asia U-23