Refluks asam dan heartburn (asam lambung naik) lebih dari dua kali seminggu dapat mengindikasikan GERD. Gejalanya meliputi nyeri dan panas di dada yang biasanya terjadi setelah makan dan memburuk ketika berbaring.
Perubahan gaya hidup mungkin akan mengurangi gejala GERD. Namun, perubahan gaya hidup tersebut dan mengonsumsi obat bebas hanya bersifat sementara. Dengan kata lain, penyakit kronis ini memerlukan pantauan dokter dan obat khusus yang lebih kuat efek menyebuhkannya.
Baca Juga: Starbucks Diboikot Pro Israel, Ini 5 Kopi Kekinian yang Rasanya Enak Worth It Dicoba!
Kemudian, fakta lain muncul baru-baru ini adalah terkait konsumsi kopi yang disebut tidak bahaya bagi penderita GERD.
Dokter penyakit dalam spesialis gastroenterologi dan hepatologi RSCM Ari Fahrial Syam tidak membenarkan bahwa americano satu-satunya jenis seduhan kopi yang paling aman bagi pasien GERD.
Baca Juga: Tak Hanya Karena Starbucks Diboikot, Kenali Bahaya Minum Kopi Setiap Hari
Menurutnya, bukan tentang jenis kopinya yang menentukan minuman tersebut aman atau tidak bagi penderita GERD. Melainkan, kandungan kafein di dalamnya.
Dia menjelaskan bahwa kopi dengan kandungan kafein lebih rendah cenderung lebih aman untuk penderita GERD.
Bahkan, menurutnya, kopi decaf atau kopi tanpa kafein, bisa saja masih mengandung kafein.
"Pernyataan bahwa kopi tertentu paling aman bagi GERD terlalu berlebihan karena hanya melihat jenis kopinya saja," tuturnya.
Sebagai informasi, terkait kandungan kafein dalam kopi, kafein dalam secangkir kopi (8 ons/ 237 ml) yang diseduh berkisar antara 95 – 200 miligram.
Kandungan ini tentu berbeda dalam kopi instan. Secangkir kopi instan (8 ons/ 237 ml) berkafein lebih sedikit, yaitu berkisar 27 – 173 miligram.