Pertama Kali Perempuan Ikut Festival Telanjang di Jepang, Kok Bisa?

Photo Author
- Jumat, 8 Maret 2024 | 19:49 WIB
Ilustrasi festival telanjang di Jepang (Shefia Salsabila)
Ilustrasi festival telanjang di Jepang (Shefia Salsabila)

 

PITUTUR.id - Di Jepang, terjadi peristiwa menarik di mana perempuan diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam sebuah upacara kuno yang dikenal sebagai festival telanjang untuk pertama kalinya dalam sejarahnya,

meskipun dengan beberapa modifikasi. Setiap bulan Februari, ribuan pria mengenakan pakaian minim berpartisipasi dalam Hadaka Matsuri di sebuah kuil Shinto di Inazawa,

kota di tengah Jepang, dengan tujuan mengusir roh jahat dalam setahun mendatang.

Baca Juga: Diskusi Rahasia Misil Barat di Ambang Eskalasi yang Berisiko dalam Konflik Ukraina

Festival ini telah menjadi tabu bagi perempuan sejak awal penyelenggaraannya sekitar 1.250 tahun yang lalu,

tetapi kali ini sekitar 40 perempuan diizinkan untuk bergabung pada tanggal 22 Februari, menurut laporan media Jepang.

Para perempuan tersebut, meskipun berpakaian penuh, akan memberikan persembahan ritual dari rumput bambu,

tetapi tidak akan terlibat dalam klimaks Momiai festival, di mana para pria yang hanya mengenakan fundoshi (semacam selendang tradisional), kaus kaki tabi,

Baca Juga: Wanita Ini Kabur dan Menjadi Pemandu Karaoke Setelah Bobol Rekening Majikan dan Curi 73 Juta

dan bandana hachimaki akan bertabrakan satu sama lain dengan upaya untuk mentransfer nasib buruk mereka ke "pria terpilih" dengan menyentuhnya sebelum ia ditarik ke tempat aman di dalam kuil.

Salah satu tokoh utama dalam peristiwa ini adalah Ayaka Suzuki, yang telah lama memperjuangkan penghapusan larangan tidak resmi bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam festival tersebut.

 Menurut laporan Yomiuri Shimbun, Suzuki mengungkapkan keinginannya untuk berpartisipasi dalam festival ini sejak kecil, merasa tidak adil bahwa ia tidak bisa melakukannya karena jenis kelaminnya.

Baca Juga: Laper Tengah Malem? Yuk Cobain Ramen Hack Super Simpel Super Creamy dan Meaty ala Sibungbung!

Tidak hanya sebagai ajang perayaan budaya, festival ini juga menjadi simbol perjuangan untuk kesetaraan gender di Jepang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Pramuhita Mubdi

Sumber: Pitutur.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X