Perang Israel-Hamas: Ancaman bagi Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Photo Author
- Kamis, 12 Oktober 2023 | 11:24 WIB
Mata uang dollar naik (JPNN.com)
Mata uang dollar naik (JPNN.com)

PITUTUR.id - Perang antara Israel dan Hamas yang terus membara sejak awal Oktober 2023 telah menimbulkan korban jiwa dan penderitaan bagi rakyat Palestina dan Israel.

Namun, dampak dari konflik bersenjata ini tidak hanya dirasakan oleh kedua belah pihak, melainkan juga oleh dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Dari Dua Negara Hingga Konfederasi: Peta Jalan Menuju Damai antara Israel dan Hamas

Perang Israel-Hamas telah mengganggu stabilitas politik dan keamanan di Timur Tengah, yang merupakan salah satu kawasan penghasil minyak terbesar di dunia.

Hal ini berpotensi menaikkan harga minyak dunia, yang akan berdampak pada biaya impor, inflasi, dan daya beli masyarakat di berbagai negara.

Selain itu, perang Israel-Hamas juga menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar keuangan global.

Investor cenderung menghindari aset berisiko dan beralih ke aset yang lebih aman, seperti dollar AS. Hal ini dapat menyebabkan depresiasi mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

Dampak ekonomi perang Israel-Hamas ini tentu akan memperparah kondisi perekonomian global yang belum pulih dari pandemi COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina.

Lalu, seberapa besar dampaknya bagi Indonesia? Dan apa yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk menghadapinya?

 Harga Minyak Melonjak

Salah satu dampak ekonomi perang Israel-Hamas yang paling terasa adalah kenaikan harga minyak dunia.

Menurut data Bloomberg, harga minyak mentah Brent telah naik sekitar 10 persen sejak awal Oktober 2023, dari 82 dolar AS per barel menjadi 90 dolar AS per barel pada 12 Oktober 2023.

Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh faktor politik dan keamanan di Timur Tengah, yang mengancam pasokan minyak dari kawasan tersebut.

Selain perang Israel-Hamas, ada juga konflik lain yang berpotensi mengganggu produksi dan distribusi minyak, seperti ketegangan antara Iran dan Arab Saudi, serta krisis di Irak, Suriah, Libya, dan Yaman.

Meskipun demikian, kenaikan harga minyak kali ini tidak sebesar kenaikan harga minyak pada tahun 1973, ketika terjadi perang Yom Kippur antara Israel dan negara-negara Arab. Saat itu, harga minyak melonjak hingga 450 persen dalam waktu singkat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rasyiqi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X