Konflik Israel-Hamas: Sejarah, Akar Masalah, dan Dampaknya

Photo Author
- Kamis, 12 Oktober 2023 | 09:51 WIB
Gambar perang Israel dan hamas (humas polri)
Gambar perang Israel dan hamas (humas polri)

PITUTUR.id - Konflik antara Israel dan Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Jalur Gaza, telah memanas kembali sejak pertengahan Mei 2023.

Kedua belah pihak saling menyerang dengan roket, mortir, dan serangan udara, menewaskan ratusan orang, sebagian besar warga sipil Palestina.

Konflik ini juga memicu kekerasan komunal di dalam Israel, antara warga Yahudi dan Arab, serta protes solidaritas di seluruh dunia.

Baca Juga: Diplomasi, Bantuan, dan Senjata: Ini Peran Internasional dalam Konflik Israel-Hamas yang Perlu Anda Ketahui

Namun, apa sebenarnya yang menjadi penyebab konflik ini? Bagaimana sejarah dan akar masalahnya?

Dan apa dampaknya bagi kedua belah pihak dan kawasan Timur Tengah? Berikut ini adalah analisis yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sejarah Konflik Israel-Hamas

Konflik antara Israel dan Hamas adalah bagian dari konflik Israel-Palestina yang lebih luas, yang bermula sejak akhir abad ke-19.

Saat itu, gerakan Zionis mulai mendorong migrasi orang-orang Yahudi ke Palestina, wilayah yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah.

Gerakan ini bertujuan untuk menciptakan negara Yahudi di tanah leluhur mereka, yang diyakini sebagai tanah perjanjian oleh agama Yahudi.

Baca Juga: Kisah Warga Sipil Gaza yang Bertahan dari Perang Israel-Hamas: Hidup di Bawah Bom, Dan tak Punya Air Bersih

Setelah Perang Dunia I, Palestina menjadi mandat Britania Raya, yang berjanji untuk mendukung pembentukan "tanah air nasional" bagi orang-orang Yahudi di sana.

Namun, janji ini menimbulkan kemarahan dan penentangan dari penduduk Arab Palestina, yang merasa hak-hak mereka terancam. Hal ini memicu serangkaian pemberontakan dan kerusuhan antara orang-orang Yahudi dan Arab di Palestina.

Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara: satu untuk orang-orang Yahudi dan satu untuk orang-orang Arab.

Rencana ini diterima oleh mayoritas orang-orang Yahudi, tetapi ditolak oleh mayoritas orang-orang Arab.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rasyiqi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X