Mengungkap Fakta dan Psikologi di Balik Kasus Perselingkuhan Dosen dan Mahasiswi yang Menggemparkan Publik

PITUTUR.id - Belum lama ini, publik dihebohkan dengan kasus perselingkuhan antara seorang dosen dan mahasiswi di salah satu universitas ternama di Indonesia.

Kasus ini terbongkar setelah istri dosen tersebut menemukan bukti-bukti perselingkuhan di ponsel suaminya.

Istri dosen tersebut kemudian mengunggah bukti-bukti tersebut di media sosial dan menuntut suaminya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Baca Juga: Dampak Kasus Dosen dan Mahasiswi UIN Lampung terhadap Citra UIN sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Kasus ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang mengutuk perbuatan dosen tersebut sebagai tindakan tidak bermoral dan melanggar kode etik perguruan tinggi.

Ada juga yang menyalahkan mahasiswi tersebut sebagai pihak yang menggoda dan memanfaatkan dosen tersebut demi mendapatkan nilai bagus atau beasiswa.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kasus ini adalah akibat dari sistem pendidikan kita yang tidak sehat dan tidak adil.

Sistem pendidikan kita memang sering dikritik sebagai sistem yang tidak menghargai kreativitas, kemandirian, dan keberagaman mahasiswa.

Sistem pendidikan kita juga dianggap sebagai sistem yang memperkuat hierarki, otoritarianisme, dan nepotisme di lingkungan akademik.

Dalam sistem seperti ini, dosen memiliki kekuasaan yang besar atas mahasiswa, baik dalam hal penilaian, bimbingan, maupun kesempatan karier.

Mahasiswa pun menjadi rentan terhadap berbagai bentuk eksploitasi, pelecehan, atau manipulasi dari dosen.

Salah satu bentuk eksploitasi yang sering terjadi adalah perselingkuhan antara dosen dan mahasiswa.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh [Lembaga Survei Indonesia] pada tahun 2022, sekitar 15% mahasiswa pernah mengalami atau mengetahui adanya hubungan asmara antara dosen dan mahasiswa di kampus mereka.

Survei ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar hubungan tersebut terjadi karena adanya tekanan, ancaman, atau imbalan dari dosen kepada mahasiswa.