Spoer 25 Tahun Bernyanyi untuk Perlawanan

PITUTUR.id - Di tengah tahun politik yang semakin memanas, ada satu kelompok musisi jalanan yang tetap setia menyuarakan kritik dan aspirasi rakyat. Mereka adalah Spoer, singkatan dari Seni Perlawanan oleh Rakyat.

Spoer baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-25 dengan menggelar konser di halaman Gedung Kuliah Terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Ahad, 24 September 2023 malam lalu.

Baca Juga: Api dan Asap: Kisah Pedagang dan Pembeli di Pasar Leuwiliang yang Terbakar

Konser tersebut bertajuk “#25TAHUNREFORMASI: Hari Tani dan 1/4 Abad Spoer”.

Spoer lahir di era Orde Baru, tepatnya pada Desember 1998, saat Indonesia sedang mengalami krisis multidimensi dan pergantian rezim.

Spoer merupakan bagian dari Komunitas Pengamen Progresif (KPP), sebuah organisasi yang beranggotakan pengamen dan kaum miskin kota yang peduli terhadap isu-isu sosial dan politik.

KPP sering terlibat dalam aksi-aksi demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi dan demokrasi.

Baca Juga: Api dan Asap: Kisah Pedagang dan Pembeli di Pasar Leuwiliang yang Terbakar

Dodok Jogja, pentolan dan sesepuh Spoer, mengatakan bahwa Spoer adalah divisi seni dari KPP yang berfokus pada musik dan teater.

“Kami ingin menyampaikan pesan-pesan perlawanan melalui seni yang bisa dinikmati oleh semua kalangan,” kata Dodok kepada Tempo, Selasa, 26 September 2023.

Dodok bergabung dengan Spoer menjelang KPP bubar. Ia masih ingat betul bagaimana ia bersama rekan-rekannya naik turun bus dan colt untuk mengamen sambil menyanyikan lagu-lagu kritis.

Salah satu lagu yang menjadi hits dan menjadi lagu ‘wajib’ para demonstran waktu itu adalah “Mars Pemuda”. Lagu tersebut diciptakan oleh Aji, salah satu personel Spoer yang paling produktif dalam menciptakan lagu.

“Lagu ini terinspirasi dari buku ‘Dasamuka’ yang barusan dibacanya saat itu,” ujar Dodok. Lagu tersebut menggambarkan kondisi bangsa Indonesia yang sedang berjuang melawan tirani.

Bangunlah wahai pemuda