SodaStream, Perusahaan Minuman Israel yang Diboikot karena Diskriminasi dan Pelanggaran HAM di Palestina, Ini Buktinya

Photo Author
- Selasa, 14 November 2023 | 09:30 WIB
SodaStream menjadi salah satu target boikot oleh BDS karena diduga melakukan banyak pelanggaran terhadap pekerja Palestina. (Google).
SodaStream menjadi salah satu target boikot oleh BDS karena diduga melakukan banyak pelanggaran terhadap pekerja Palestina. (Google).

PITUTUR.id - SodaStream, perusahaan minuman berkarbonasi milik Israel yang berbasis di Negev Selatan, Israel, mendapat sorotan internasional karena dituduh terlibat dalam kebijakan penjajahan Israel terhadap tanah Palestina dan melakukan diskriminasi rasial terhadap pekerja Palestina. 

Perusahaan ini menjadi salah satu target utama boikot Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS), sebuah gerakan global yang menyerukan sanksi ekonomi, politik, dan sosial terhadap Israel karena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan hukum internasional.

SodaStream didirikan sejak 1991 dan menjual mesin seltzer atau pembuat soda portabel yang mengkarbonasi air keran rumah.

Baca Juga: Bimoli Adalah Produk Boikot Unilever, Berikut 7 Minyak Goreng Lainnya

Mesin ini dijual di lebih dari 48 negara dan telah diakuisisi oleh PepsiCo seharga 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 46,7 triliun pada tahun 2018.

Bahkan, setahun setelah akuisisi PepsiCo mengumumkan perluasan pabrik SodaStream senilai 92 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun di Israel Selatan dan memperkerjakan 1.000 pekerja.

Namun, di balik kesuksesan bisnisnya, SodaStream juga menuai kontroversi karena memiliki pabrik di Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel sejak 1967 dan dianggap sebagai bagian dari Palestina oleh sebagian besar negara di dunia. 

Pabrik ini berlokasi di Kawasan Industri Mishor Adumim, yang terletak di dekat permukiman ilegal Israel Ma'ale Adumim, salah satu permukiman terbesar di Tepi Barat. 

Baca Juga: MUI Keluarkan Fatwa Haram Beli Produk Israel dan Sekutunya

Menurut laman resmi BDS, SodaStream secara aktif terlibat dalam kebijakan Israel menjajah tanah Palestina di Naqab dan memiliki sejarah panjang diskriminasi rasial terhadap pekerja Palestina.

Salah satu contoh diskriminasi yang dialami oleh pekerja Palestina adalah ketika mereka diberikan makanan yang sedikit dan tidak sesuai pada saat Ramadhan, bulan suci umat Islam. 

Pada tahun 2014, para pekerja Palestina yang bekerja di shift malam mengeluh bahwa mereka hanya mendapatkan dua nampan makanan yang berisi sedikit schnitzel dan ayam yang rasanya tidak enak dan tidak cukup untuk semua pekerja. 

Padahal, mereka sudah berpuasa selama 16 jam dan dilarang membawa makanan dari luar.

Ketika mereka menghubungi supervisor kafetaria, mereka hanya diberitahu untuk menerima saja makanan yang sudah disediakan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yusron Hidayatullah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X