PITUTUR.id - Belum lama ini terjadi sebuah kerusuhan di Inggris yang melibatkan imigran. Kerusuhan ini pertama kali terjadi di Southport ketika seorang anak kecil ditemukan meninggal dengan kecurigaan bahwa pelakunya adalah seorang imigran Rwanda yang masih di bawah umur.
Insiden tersebut sontak menimbulkan protes besar-besaran di berbagai penjuru Inggris, di mana para demonstran menyerukan langkah tegas dari pemerintah.
Alhasil, Inggris akhirnya dilanda kerusuhan besar setelah berbagai kota besar diserang oleh protes anti-imigran.
Baca Juga: Teuku Ryan Ceritakan Perkembangan Moana: Dari 'No No No' hingga Bahasa Inggris
Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris, menyatakan bahwa pemerintah Inggris kini telah menyiapkan pasukan polisi untuk mengatasi kerusuhan.
"Kami telah menyiapkan pasukan polisi yang siap siaga untuk menangani para perusuh. Kami tidak akan mentolerir kekerasan dan kerusakan yang terjadi," ujar Starmer seperti dikutip Pitutur.id dari The Guardian.
Kekerasan terjadi di beberapa kota metropolitan seperti London, Manchester, dan Birmingham. Para demonstran terlibat dalam bentrokan dengan polisi, melemparkan batu dan objek keras lainnya.
Beberapa mobil bahkan terbakar dan toko-toko dirampok, meningkatkan kerusuhan di jalan-jalan.
"Para pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan dan menargetkan komunitas Muslim akan menghadapi kekuatan penuh hukum," katanya menambahkan.
Keir Starmer mengecam tindakan kekerasan yang terjadi dan menyalahkan penyebaran informasi yang salah sebagai pemicu utama kerusuhan.
"Kekerasan bukanlah solusi. Kami harus mencari jalan keluar yang damai dan adil untuk menyelesaikan masalah ini," ucapnya.
Baca Juga: Final Euro 2024 Tampilkan Duel Maut Spanyol dan Inggris
Pemerintah setempat telah menerapkan jam malam di beberapa daerah yang terkena dampak kerusuhan sebagai langkah untuk meredakan situasi dan mengurangi risiko bentrokan lebih lanjut antara demonstran dan polisi.